Rabu, 16 Maret 2011

Sejarah & Obyek Wisata Kota Martapura Kabupaten Banjar (Kalimantan -Selatan) Bagian Pertama


Sejarah Kerajaan banjar

Kabupaten Banjar dengan Ibukotanya Martapura mempunyai latar belakang sejarah yang sangat penting sebelum menjadi Kabupaten sekarang, dulunya menjadi pusat pemerintahan Kerajaan banjar.

Kerajaaan Banjar di Kabupaten Banjar di mulai pada tahun 1612, dimasa pemerintahan Sultan Musta’in Billah yang dikenal dengan Pangeran Kecil memindahkan keraton dari Banjarmasin ke Kayu Tangi atau Telok Selong Martapura, karena keraton di Kuwin dihancurkan Belanda. Daerah pusat kerajaan adalah Karang Intan dan Martapura sebagai pusat pemerintahan dan keraton sultan, pada akhir masa pemerintahan Sultan Hidayatullah. Terbentuknya Kerajaan Banjar, Raja yang Memerintah dan Susunan Pemerintah.


Kerajaan Islam yang terletak di bagian Selatan Pulau Kalimantan, disebut Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Hindu yaitu Kerajaan Negara Daha.

Kata Banjarmasin merupakan paduan dari dua kata, Bandar dan Masih, berasal dari nama seorang Perdana Menteri Kerajaan Banjar yang cakap dan berwibawa serta mempunyai pandangan yang jauh ke depan untuk menjadikan Kerajaan Banjar Sebuah Kabupaten Banjar dengan Ibukotanya Martapura mempunyai latar belakang sejarah yang sangat penting sebelum menjadi Kabupaten sekarang, dulunya menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Banjar.

Kerajaan Banjar di Kabupaten banjar dimulai pada tahun 1612, di masa pemerintahan Sultan Mustain Billah yang dikenal dengan Pangeran Kecil memindahkan keraton dari Banjarmasin ke Kayutangi atau Telok Selong dengan pusat pemerintahan di Kuin Banjarmasin.

RAJA-RAJA YANG MEMERINTAH :
  1. SULTAN SURIANSYAH 
  2. SULTAN RAHMATULLAH
  3. SULTAN HIDAYATULLAH
  4. SULTAN MUSTA’INBILLAH
  5. SULTAN INAYATULLAH
  6. SULTAN SA’IDULLAH
  7. SULTAN TAHLILULLAH
  8. SULTAN TAHMIDULLAH
  9. SULTAN TAMJIDILLAH
  10. SULTAN TAHMIDILLAH
  11. SULTAN SULAIMAN RAHMATULLAH
  12. SULTAN ADAM ALWASIQUBILLAH 
  13. SULTAN MUDA ABDURRAHMAN
 
KERATON BUMI KENCANA di MARTAPURA dan SUSUNAN PEMERINTAHAN 
Pada abad ke-17 kerajaan Banjar terkenal sebagai penghasil lada. Pedagang-pedagang Banjar melakukan aktifitas di Banten sekitar tahun 1959. pada waktu itu 2 (dua) buah jukung (kapal) banjar dirampok oleh kompeni.

Disamping itu Belanda berusaha melakukan hubungan dagang dengan kerajaan Banjar, dengan mengirimkan utusan pada tahun 1607, tidak mendapat sambutan dengan baik. Terjadi petentangan yang mengakibatkan terbunuhnya seluruh utusan Belanda tersebut. 

Pada tahu 1612 Belanda mengadakan pembalasan dengan menyerbu, menembak dan mmembakar Keraton Banjar di Kuin Banjarmasin. Pada waktu itu Kerajaan Banjar diperintah oleh Raja yang ke-4, yaitu Sultan Musata’in Billah dengan gelar Marhum Panembahan (1959-1620). Beliau akhirnya memindahkan pusat pemerintahan dari Kuin ke Martapura. Perpindahan ini tidak dilakukan langsung ke Martapuratapi secara berangsur-angsur dari Kuin ke Muara Tambangan, Batang Banyu, Kayu Tangi sampai Martapura.

Di Martapura pemerintahan berlanjut sampai Pemerintahan Sultan Inayatullah dan Sultan Sa’idullah (Ratu Anum). Sultan Sa’idullah seorang yang beribadat dan ingin berkonsentrasi di bidang agama.
Pemerintahan kemudian diserahkan kepada saudaranya dari ibu orang Jawa bernama Adipati Halid (Pangeran Ratu = pangeran Tapesana), karena anak Sultan Sa’idullah bernama Amirullah Bagus Kesuma belum dewasa.

Pada waktu itulah terjadi pemberontakan oleh salah seorang saudara Adipati Halid dati ibu orang Biaju bernama Adipati Anum (Pangeran Surianata). Pemberontakan diakhiri dengan kesepakatan Adipati Halid tetap bertahta di Martapura dan Adipati Anum di Banjarmasin. Tahun 1666 Adipati Halid meninggal, Amirullah Bagus Kesuma naik tahta dan terjadi revolusi istana melawan pamannya pangeran Surianata di Banjarmasin.

Pangeran Suriantan mati terbunuh dalam perjalanan dari ibukota kembali ke Keraton Bumi Kencana Martapura. Hal ini berlanjut sampai pemerintahan Sultan Hamidullah, Sultan Tamjid, Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah, Sultan Nata Dilaga, Sultan Sulaiman, dan Sultan Adam.

Pada waktu pemerintahan Sultan Adam (1825-1857) beliau menempati istana di Sungai Mesa (Banjarmasin) dengan permaisuri yang bernama Nyai Ratu Komala Sari. Di saat beliau sakit dibawa ke Martapura dan meninggal di sana.

Pada waktu pemerintahan Sultan Tamjid (dinobatkan di Bumi Kencana) beliau berkedudukan di Sungai Mesa banjarmasin sampai turun tahta pada tanggal 25 Juni 1859.

SUSUNAN PEMERINTAHAN
Susunan pemerintahan Kerajaan Banjar yang disebutkan terdahulu mengalami perubahan khususnya pada masa pemerintahan Sultan Adam Alwasiqubillah. Perubahan tersebut meliputi :

1. Radja :
Sultan – Panembahan
2. Mangkubumi :
Anggota di bawah mangkubumi adalah :
Panganan-Pangiwa-Manteri Bumi dan 40 orang Manteri Sikap
3. Mufti :
Hakim tertinggi, pengawas pengadilan umum
4. Qadi :
Kepala urusan hukum agama Islam
5. Penghulu :
Hakim rendah
6. Lurah :
Langsung sebagai pembantu lalawangan dan mengamati pekerjaan beberapa orang, pembakal (kepala kampung) di bantu oleh Khalifah, Bilal dan Kaum.
7. Pembakal :
Kepala kampung yang menguasai beberapa anak kampung
8. Mantri :
Pangkat kehormatan untuk orang-orang terkemuka dan berjasa, diantaranya ada yang menjadi kepala desa dalam wilayah yang sama dengan lalawangan.
9. Tatuha Kampung :
Orang yang terkemuka di kampung
10. Panakawanan :
Segala macam pajak dan kewajiban
11. Sarawasa, Sarabuana, SaraBadja :
Kuasa di seluruh Pedalaman (Keraton)
12. Mandung dan Pasa Juda :
Kepala Balai Rongsari dan Bangsal
13. Mamagar Sari :
Penggapit Raja duduk di Sitilohor.
14. Pariwala, dan Singataka :
Kuasa dalam urusan dan pakan (pasar)
15. Sarageni dan Saradip :
Kuasa dalam urusan alat senjata
16. Puspa Wana :
Kuasa dalam urusan tanaman, perhutanan, perikanan, peternakan, dan berburu.
17. Karang Adji dan Nanang :
Ketua Balai Petani mendapat kehormatan sejajar dengan Raja sebagai pahlawan turunan bangsawan.
18. Warga Sari :
Pengurus besar tentang persediaan bahan makanan.
19. Anggamarta :
Juru Bandar (urusan pelabuhan)
20. Astaprana :
Juru Tabuhan-tabuhan kesenian dan kesusasteraan.
21. Kaum Mangumbara :
Kepala Pengurus Upacara
22. Wiramarta :
Manteri Dagang
23. Budjangga :
Kepala dalam urusan bangunan-bangunan rumah dan Agama.
24. Singabana :
Kepala Ketentraman Umum 

Kerajaan Banjar sebagai Kerajaan Islam keberadaannya mempunyai 2 (dua) pusat pemerintahan yaitu Kuin di Banjarmasin dan Bumi Kencana Martapura. Pada waktu pusat pemerintahan di Martapura kerajaan bercorak kerajaan Islam ini sangat berkembang pesat. Di Martapura (Lok Gabang) tempat lahir seorang ulama besar Syech Muhammad Arsyad AlBanjari (1710-1812) yang lebih dikenal dengan sebutan datu Kalampaian. Beliau mengarang sebuah bermacam-macam kitab sebagai penuntun umat. Kitab yang sangat terkenal adalah Sabilal Muhtadin dicetak di Mekkah, Istambul, dan Qairo. Tersebar ke wilayah Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand, Brunei, Kampuchea, Vietnam, dan Laos.

Beliau lahir pada masa pemerintahan Sultan Hamidullah (1700-1734) disekolahkan dan dibiayai oleh Sultan Tamjidillah (1734-1759) ke Mekkah selama 30 tahun, kemudian kembali ke kerajaan pada waktu pemerintahan Sultan Nata Dilaga atau Sultan Tahmidillah (1801-1825).

Pada waktu pemerintahan Sultan Adam Alwasiqubillah telah dibuat untuk pertama kalinya ketetapan hukum tertulis dalam menerapkan hukum Islam di Kerajaan Banjar yang dikenal dengan Undang-Undang Sultan Adam.

Dari beberapa sumber disebutkan ada beberapa tempat yang menjadi kedudukan raja setelah pindah ke Martapura seperti : Kayu Tangi, Karang Intan dan Sungai Mesa. Tetapi dalam beberapa perjanjian antara Sultan Banjar dan Belanda, penanda tanganan di Bumi Kencana. Begitu juga dalam surat menyurat di tujukan kepada Sultan di Bumi Kencana Martapura.

Jadi Bumi Keraton Kencana Martapura adalah pusat pemerintahan untuk melakukan aktivitas kerajaan secara formal sampai dihapuskannya kerajaan banjar oleh Belanda pada tanggal 11 Juni 1860. Status kerajaan banjar setelah dihapuskan masuk ke dalam Keresidenan Afdeling dan Timur Borneo. Wilayah di bagi dalam 4 afdeling, salah satunya adalah afedling Martapura yang terbagi dalam 5 Distrik, yaitu Distrik Martapura, Riam Kanan, Riam Kiwa, Banua Ampat dan Margasari. Selanjutnya terjadi perubahan dalam keorganisasian pemerintahan Hindia Belanda. Dibawah Afdelingterdapat Onderafdeling dan distrik.

Afdeling Martapura terdiri 3 onderafdeling, salah satunya adalah onderafdeling Martapura dengan distrik Martapura. Perubahan selanjutnya Martapura menjadi onderafdeling di bawah afdeling Banjarmasin. Afdeling dipimpin oleh Controleur dan Kepala Distrik seorang Bumi Putera dengan Pangkat Kiai.

Setelah kedaulatan diserahkan oleh pemerintah Belanda kepada Republik Indonesia tanggal 27 Desember 1949, ditetapkan daerah Otonomi Kabupaten Banjarmasin. Daerah otonom Kabupaten Banjarmasin meliputi 4 Kewedanaan.

DPRDS pada tanggal 27 Pebruari 1952, mengusulkan perubahan nama Kabupaten Banjarmasin menjadi Kabupaten Banjar yang disetujui dengan Undang-Undang Darurat 1953, kemudian dikukuhkan dengan Undang-Undang No.27 Tahun 1959. 



Objek Wisata 
  
Pendulangan Intan Cempaka

Kawasan pendulangan intan tradisional di Kecamatan Cempaka, paling banyak tersebar di Kelurahan Sungai Tiung. Kelurahan seluas 21,50 Km2 dengan jumlah kepadatan 306 jiwa per Km2, ini memiliki dua kawasan pendulangan intan tradisional yang telah dikenal di mata dunia, yaitu Pumpung dan Ujung Murung. Khususnya Pumpung, terkenal karena temuan intan sebesar telur ayam dengan berat 166,7 kerat, pada 30-an tahun silam. Belakangan intan tersebut dinamai Trisakti.

Untuk menuju kawasan wisata pendulangan intan tradisional ini, banyak akses transportasi darat yang bisa kita pilih, tentunya relatif cepat, mudah dan murah. Pendulangan intan Pumpung misalnya, berada di sisi tenggara kota Banjarbaru, 40 Km dari Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalsel.  

Dari Banjarmasin menuju Kota Banjarbaru dapat dituju menggunakan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun empat, dengan waktu tempuh selama 1 jam. Kemudian, dari kota Banjarbaru menuju Kecamatan Cempaka bisa dicapai selama 15 menit, langsung menuju kawasan wisata tersebut.

Aktivitas pendulangan intan dilakukan oleh warga setiap hari, dari pagi hingga petang, kecuali hari Jumat serta hari-hari besar Islam yang menjadi hari libur mereka. Jadi, kita pun dapat bebas dan sepuasnya memilih hari yang tepat untuk berwisata pendulangan intan.

Mendulang intan membutuhkan proses yang cukup panjang dan memakan waktu yang lama. Pagi ketika matahari masih segar menyengat, sekitar pukul delapan para pendulang intan sudah turun dari rumah menuju lokasi pendulangan mereka masing-masing.  Saat itulah kita bisa melihat mereka berkelompok, iring-iringan berjalan membawa berbagai peralatan mendulang intan terutama lenggangan, yaitu semacam caping atau tangguk besar terbuat dari kayu, digunakan dengan cara melenggangkannya di atas permukaan air untuk memisahkan materi pasir dan tanah dengan butiran intan.

Mereka memulai pekerjaan dengan menembak lobang galian dengan cara menyemprotkan air lewat pipa. Kemudian materi tanah dan batu yang terkikis di dasar lobang, mereka angkat dengan cara menyedotnya menggunakan mesin. Penyedotan dilakukan oleh tiga sampai lima orang. Materi yang tersedot disaring di sebuah bangunan berbentuk menara yang diletakkan di bibir lobang galian. Nah, hasil penyaringan itulah, mereka kumpulkan dalam sebuah kolam, yang kemudian dimulailah kegiatan melenggang.

Para pendulang intan bekerja secara berkelompok. Satu lubang galian sedalam 10 sampai 50 meter dikerjakan oleh satu atau dua kelompok. Mereka menganut sistem kerja abian, yaitu sistem bagi hasil antara pemilik lahan, pemilik mesin sedot, penggali lobang, dan pelenggang. Satu prinsip yang masing-masing mereka pegang erat bersama, yaitu kejujuran.

Kegiatan mendulang intan juga menjadi incaran penggemar fotografi. Percayalah, untuk pengguna kamera analog, tak akan cukup anda hanya bermodal satu atau dua rol film. Sebab, tidak sedikit objek fotografis yang menarik untuk diabadikan. Bukan hanya kegiatan mereka mendulang intan yang menarik dipotret, tapi juga sosial budaya masyarakat setempat.

Sementara lewat tengah hari, biasanya para pendulang intan dan orang ketiga yang membeli langsung intan mentah dari pendulang lalu menjualnya kembali, disebut pembelantikan, biasa menawarkan intan mentah kepada wisatawan yang datang.
Bagi anda yang ingin memiliki intan mentah tersebut, transaksi jual beli pun bisa dilakukan langsung dengan mereka. Tentunya dengan harga yang relatif miring. Akhirnya menjadi oleh-oleh yang anda kantongi ketika pulang.

Dalam waktu sehari, tak cukup waktu menapaki seluruh kawasan pendulangan intan di Kecamatan Cempaka. Masih banyak kawasan lainnya di kecamatan setempat yang menantang untuk kita jelajahi. Sebut saja Kelurahan Bangkal yang berbatasan dengan Kabupaten Tanah Laut, dan Kelurahan Palam di bagian selatan Kota Banjarbaru.

Mereka yang belum pernah ke pendulangan intan, kata pengalaman orang banyak, tidak ke Kalimantan kalau tidak ke Cempaka dan mengusap langsung intannya ke mata kita, yang konon menurut warga setempat, membuat mata kita cilong bercahaya. 


Lomba Jukung (perahu tanpa motor) Tradisional Sungai Rangas

Lomba jukung tradisional merupakan even tetap tahunan yang dilaksanakan setiap tahun dalam rangka hari jadi Kabupaten Banjar. Bertempat di desa Sei Rangas Martapura.
Rumah Adat Banjar Teluk Selong

Bagi anda yang ingin mengetahui lebih detail tentang rumah adat Banjar yang Asli dan legendaris, bisa melihatnya di Teluk Selong, jaraknya kurang lebih 3,2 km dari pusat kota Martapura.
Di sini, terdapat dua rumah adat Banjar tipe Gajah Baliku yang diperkirakan usianya sudah mencapai 150 tahun.

Dari dua rumah itu, satu rumah masih dihuni pemiliknya, yang satunya kosong. Namun, masih terpelihara karena ada juru pelihara yang setiap saat melayani para pengunjung yang mendatangi situs ini.

Di rumah Banjar yang lebarnya 9 m dengan panjang 14 m itu, kaya ornamen ukiran khas Banjar. Ukiran khas Banjar kita temui kali pertama di bagian pagar dan pintu masuk rumah. Dinding ruang tamu pun berukir indah.

Pendeknya, bagi yang ingin melihat keaslian dan ragam ukir khas Banjar. Rumah adat Banjar Teluk Selong me-rupakan referensi yang utama, sahih dan lengkap. Buktinya, buku-buku yang berkaitan dengan arsitektur rumah Banjar, selalu merujuk ke sini.

Keasyikan lainnya bila mengunjungi situs ini, dari jendela kita bisa melihat hamparan tumbuhan padi. Kalau pas menguning di senja hari, akan terlihat keemasan yang menakjubkan. Kala dilihat masih hijau royo-royo, kita seakan melihat dewi kesu-buran di sana.
di sana.



WISATA BUATAN

Pasar Intan Martapura

SIAPA yang tak kenal dengan kota Martapura atau yang dikenal dengan nama Kota Intan? Rasanya, rakyat Indonesia dan warga dunia, banyak yang tahu. Sebab, di kota ini terdapat satu potensi wisata nan menawan: belanja permata dan melihat penggosokan intan tradisional. 

Untuk mencapai lokasi perdagangan intan Martapura dan Masjid Al Karomah Anda hanya butuh waktu sekitar satu jam perjalanan dari Kota Banjarmasin (Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan) dengan jarak hanya 40 km dan hanya setengah jam atau 17 km dari Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru, sehingga Martapura hanya dijadikan objek untuk perburuan intan permata.

Lantaran makin berkembang dengan banyaknya pelancong, pemerintah setempat pun merenovasi lokasi ini sejak beberapa tahun silam dan menambah lokasi arena bermain bagi anak-anak dan tempat santai bagi pelancong sambil menikmati hidangan khas Martapura di bagian depan lokasi penjualan intan permata

Martapura memang terbilang kesohor karena selain sebagai penghasil intan terbesar kota ini juga memiliki basis masyarakat Islam terbesar, di mana terdapat markas Madrasah Darussalam. Tak heran kalau selain sumber devisa daerah yang didatangkan dari hasil intan permata, kedatangan pelancong ke Martapura pun menjadi sumber devisa kedua. Kompleks Pertokoan Cahaya Bumi Selamat yang membawahi sekitar 87 toko intan dan permata dalam empat blok ini, setiap harinya ramai dikunjungi para pelancong dari Kalsel selain dari luar Kalsel.

Di Martapura ini, anda akan dimanjakan dengan berbagai macam dan ragam permata yang ditawarkan oleh ratusan pertokoan permata yang berada di komplek pasar Martapura dan Cahaya Bumi Selamat (CBS) dengan harga variatif serta bisa ditawar. Anda bisa memesan permata dengan ukuran dan desain yang anda suka. Di semua toko permata melayani pemesanan itu seperti Permata Zamrud, dll. Bukan hanya permata, souvenir-souvenir lainnya pun tersedia di sini. Aneka cinderamata dan hasil kerajinan dari semua daerah di Kalsel dan Kalteng, banyak tersedia di sini.

Selain mengunjungi pusat perbelanjaan intan dan permata, rata-rata pengunjung juga ingin melihat Masjid Al Karomah yang merupakan masjid terbesar di Kalimantan ini. Masjid ini memiliki kubah yang unik dengan warna-warna di puncaknya, dan juga dilengkapi dengan satu menara tinggi dengan arsitektur yang unik.  Arsitektur di dalam masjidnya pun tak kalah dengan penampilan luarnya. Ademnya situasi masjid di dalam tidak menggambarkan jika di luar panas terik. Jika Anda menyempatkan singgah di Martapura untuk mencari cendera mata berupa intan permata, sebaiknya Anda juga menyinggahi masjid ini untuk menunaikan salah satu salat lima waktu Anda, karena sayang sekali kalau Anda hanya mencari intan dan tak singgah di masjid ini.


Cek Keaslian Intan

Ada yang harus diperhatikan bagi pemburu intan permata di Martapura yaitu, Anda harus langsung bertanya kepada pemilik toko soal keaslian intan permata ini. Pasalnya, barang asli dan palsu tak pernah bisa dibedakan, kecuali jika dicek langsung dengan alat yang mereka miliki sendiri.

Jika pengunjung tak bertanya apakah ini barang kelas satu atau tidak, si empunya toko akan mengatakan itu adalah barang kelas satu. Tapi, jika Anda bertanya dan meminta ia melakukan pengecekan, dengan senang hati akan ia lakukan. Jika ketahuan barang bukan kelas satu, harga pun akan turun drastis.


Pasar Terapung Lok Baintan

Pasar Terapung Lok Baintan yang terletak di Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar. Pelaku pasarnya berasal dari Desa Pemangkuan Sungai Tapang, Lok Baintan dan Sungai Tabuk sendiri. Pasar tersebut dimulai selepas subuh (jam 5.30) hingga pukul 10 pagi. 

Kegiatannya hampir sama dengan Pasar Terapung yang ada di tepi Sungai Barito dan yang membedakannya hanya para pedagang menggunakan topi yang disebut Tanggui. Karena transaksinya sambil melaju, pasar terapung semakin siang semakin jauh ke hilir. Eksotika lainnya, semua petani dan pedagang-nya memakai tanggui. Tanggui adalah topi besar dari daun rumbia buatan khas Kalimantan Selatan. 





WISATA KULINER
 
Pemancingan Bincau dan Makan Lesehan
 
Pemancingan Bincau dan Makan Lesehan terdapat di Kota Martapura (39 km dari Kota Banjarmasin). Agrowisata Pemancingan Bincau ini Anda bisa menikmati berbagai macam ikan air tawar segar yang lezat dan gurih, dengan menu masakan dibakar atau digoreng. Di sini, anda bisa sepuas hati menikmati ikan nila, mas, gurami, bahkan udang plus lalapan kalau suka. Makannya secara lesehan menambah nikmat apalagi bila musik diputar tentu saja nuansanya akan bertambah mengasyikkan dan menambah selera makan.

Hembusan udara yang segar dan pemandangan petak-petak sawah yang menguning karena padinya mendekati masa panen, menambah lengkapnya suasana santai yang anda nikmati bersama keluarga atau orang-orang tercinta di sekitar anda. 

Di Agrowisata Pemancingan Bincau ini anda juga bisa memancing ikan sendiri. Setelah ikan didapat, kemudian di timbang dan diberi harga sesuai dengan berat ikan yang kita dapat tersebut. Untuk selanjutnya terserah Anda, apakah ikan tersebut dibawa pulang atau dibakar, digoreng. 







 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar