Sabtu, 22 Januari 2011

Sejarah Pendakian Gunung dan Panjat Tebing di Indonesia

Sejarah Pendakian Gunung dan Panjat Tebing di Indonesia 1492
Sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Tak jelas benar tujuan mereka, tetapi yang jelas, sampai beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois, sejenis kambing gunung. Jadi mereka memanjat karena dipaksa oleh mata pencaharian, kurang lebih mirip para pengunduh sarang burung walet gua di tebing-tebing Kalimantan Timur atau Karang Bolong, Jawa Tengah.

Rabu, 19 Januari 2011

Kesenian Reog Ponorogo dan Warok

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok Warok dan Gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat Reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu bukti budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

Sejarah Reog Ponorogo
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir.

Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan “sindiran” kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.

Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai “Singa Barong”, raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya.

Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50kg hanya dengan menggunakan giginya.

Populernya Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Kertabumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer diantara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru dimana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.

Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan ‘kerasukan’ saat mementaskan tariannya.

Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.

Warok 
Warok sampai sekarang masih mendapat tempat sebagai sesepuh di masyarakatnya. Kedekatannya dengan dunia spiritual sering membuat seorang warok dimintai nasehatnya atas sebagai pegangan spiritual ataupun ketentraman hidup. Seorang warok konon harus menguasai apa yang disebut Reh Kamusankan Sejati, jalan kemanusiaan yang sejati.

Warok adalah pasukan yang bersandar pada kebenaran dalam pertarungan antara kebaikan dan kejahatan dalam cerita kesenian reog. Warok Tua adalah tokoh pengayom, sedangkan Warok Muda adalah warok yang masih dalam taraf menuntut ilmu. Hingga saat ini, Warok dipersepsikan sebagai tokoh yang pemerannya harus memiliki kekuatan gaib tertentu. Bahkan tidak sedikit cerita buruk seputar kehidupan warok. Warok adalah sosok dengan stereotip: memakai kolor, berpakaian hitam-hitam, memiliki kesaktian dan gemblakan.Menurut sesepuh warok, Kasni Gunopati atau yang dikenal Mbah Wo Kucing, warok bukanlah seorang yang takabur karena kekuatan yang dimilikinya.

Warok adalah orang yang mempunyai tekad suci, siap memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. “Warok itu berasal dari kata wewarah. Warok adalah wong kang sugih wewarah. Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik”.“Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa” (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).

Syarat menjadi Warok
Warok harus menjalankan laku. “Syaratnya, tubuh harus bersih karena akan diisi. Warok harus bisa mengekang segala hawa nafsu, menahan lapar dan haus, juga tidak bersentuhan dengan perempuan. Persyaratan lainnya, seorang calon warok harus menyediakan seekor ayam jago, kain mori 2,5 meter, tikar pandan, dan selamatan bersama. Setelah itu, calon warok akan ditempa dengan berbagai ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan. Setelah dinyatakan menguasai ilmu tersebut, ia lalu dikukuhkan menjadi seorang warok sejati. Ia memperoleh senjata yang disebut kolor wasiat, serupa tali panjang berwarna putih, senjata andalan para warok.

Warok sejati pada masa sekarang hanya menjadi legenda yang tersisa. Beberapa kelompok warok di daerah-daerah tertentu masih ada yang memegang teguh budaya mereka dan masih dipandang sebagai seseorang yang dituakan dan disegani, bahkan kadang para pejabat pemerintah selalu meminta restunya.

Gemblakan
Selain segala persyaratan yang harus dijalani oleh para warok tersebut, selanjutnya muncul disebut dengan Gemblakan.Dahulu warok dikenal mempunyai banyak gemblak, yaitu lelaki belasan tahun usia 12-15 tahun berparas tampan dan terawat yang dipelihara sebagai kelangenan, yang kadang lebih disayangi ketimbang istri dan anaknya. Memelihara gemblak adalah tradisi yang telah berakar kuat pada komunitas seniman reog. Bagi seorang warok hal tersebut adalah hal yang wajar dan diterima masyarakat. Konon sesama warok pernah beradu kesaktian untuk memperebutkan seorang gemblak idaman dan selain itu kadang terjadi pinjam meminjam gemblak.

Biaya yang dikeluarkan warok untuk seorang gemblak tidak murah. Bila gemblak bersekolah maka warok yang memeliharanya harus membiayai keperluan sekolahnya di samping memberinya makan dan tempat tinggal. Sedangkan jika gemblak tidak bersekolah maka setiap tahun warok memberikannya seekor sapi.Dalam tradisi yang dibawa oleh Ki Ageng Suryongalam, kesaktian bisa diperoleh bila seorang warok rela tidak berhubungan seksual dengan perempuan. Hal itu konon merupakan sebuah keharusan yang berasal dari perintah sang guru untuk memperoleh kesaktian.

Kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak dipercaya agar bisa mempertahankan kesaktiannya. Selain itu ada kepercayaan kuat di kalangan warok, hubungan intim dengan perempuan biarpun dengan istri sendiri, bisa melunturkan seluruh kesaktian warok. Saling mengasihi, menyayangi dan berusaha menyenangkan merupakan ciri khas hubungan khusus antara gemblak dan waroknya. Praktik gemblakan di kalangan warok, diidentifikasi sebagai praktik homoseksual karena warok tak boleh mengumbar hawa nafsu kepada perempuan.

Saat ini memang sudah terjadi pergeseran dalam hubungannya dengan gemblakan. Di masa sekarang gemblak sulit ditemui. Tradisi memelihara gemblak, kini semakin luntur. Gemblak yang dahulu biasa berperan sebagai penari jatilan (kuda lumping), kini perannya digantikan oleh remaja putri. Padahal dahulu kesenian ini ditampilkan tanpa seorang wanita pun.

Reog di masa sekarang

Seniman Reog Ponorogo lulusan sekolah-sekolah seni turut memberikan sentuhan pada perkembangan tari reog ponorogo. Mahasiswa sekolah seni memperkenalkan estetika seni panggung dan gerakan-gerakan koreografis, maka jadilah reog ponorogo dengan format festival seperti sekarang. Ada alur cerita, urut-urutan siapa yang tampil lebih dulu, yaitu Warok, kemudian jatilan, Bujangganong, Klana Sewandana, barulah Barongan atau Dadak Merak di bagian akhir. Saat salah satu unsur tersebut beraksi, unsur lain ikut bergerak atau menari meski tidak menonjol.

Beberapa tahun yang lalu Yayasan Reog Ponorogo memprakarsai berdirinya Paguyuban Reog Nusantara yang anggotanya terdiri atas grup-grup reog dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah ambil bagian dalam Festival Reog Nasional. Reog ponorogo menjadi sangat terbuka akan pengayaan dan perubahan ragam geraknya. 
Ayo Kita Jaga dan Bangga Dengan Kebudayaan Asli Indonesia. Kalo bukan Kita Siapa lagi....??



Tempe Makanan Khas Indonesia dan Manfaatnya

Tentunya tidak ada yang tidak kenal dengan makanan yang satu ini, mulai dari orang biasa
sampai pejabat sekalipun suka dengan makanan ini. Tempe yang sudah biasa jadi makanan kita sehari-hari ini ternyata tidak bisa dipandang remeh loh, mungkin ada beberapa teman kita yang merasa "gengsi" kalau makan tempe dianggap "Kuper alias tidak gaul, gak elit, makanan murah, dan lain sebagainya". Tapi jangan salah, kandungan gizi yang terkandung dalam tempe ini sangat baik bagi tubuh.

Tempe merupakan makanan khas bangsa kita, Indonesia. Kalau saya, justru senang dan bangga bisa menikmati tempe karena selain menjadi salah satu makanan khas bangsa kita, ternyata tempe juga memiliki beragam manfaat dan mampu diolah sedemikian rupa sehingga menjadi makanan yang lezat dan bergizi misalnya tempe goreng, tempe bacem, tempe bumbu cabe, tempe mendoan, rendang tempe, tempe bumbu kuning, dan masih banyak lagi.

Tempe berasal dari kacang kedelai yang difermentasikan menggunakan ragi tempe, setelah melaui proses tersebut barulah menjadi tempe yang siap dipasarkan ke berbagai tempat baik pasar tradisional, pasar swalayan, dan lain sebagainya.

Tempe memiliki kandungan yang sangat penting bagi tubuh kita diantaranya:
1. Protein
2. Vitamin B12
3. Seng (Zn)
4. Asam Folat
5. Zat Besi (Fe)
6. Tembaga
7. Kalsium
8. Flafoid

Ternyata banyak juga ya kandungan gizi yang terkandung dalam tempe, contohnya Protein yang berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus, selain itu protein juga memiliki peran penting dalam pembentukan sistem kekebalan (imunitas) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon.

Kemudian Vitamin B12 bermanfaat dalam:
* mencegah kerusakan syaraf
* membentu pembentukan sel darah merah
* memperlancar metabolisme sistem tubuh
* mengubah karbohidrat, protein dan lemak menjadi energi

Vitamin B12 yang terkandung dalam tempe juga sangat bermanfaat bagi para vegetarian seperti saya, sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi mengingat vitamin B12 biasanya terkandung pada makanan hewani sehingga dengan adanya tempe mampu melengkapi kecukupan gizi tanpa perlu menyantap makanan hewani bagi para vegetarian.

Kandungan seng yang terkandung dalam tempe juga bermanfaat bagi kita, dimana Seng sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk melawan infeksi, memperbaiki jaringan tubuh, serta mencegah gangguan prostat dan ketidaksuburan atau infertilitas. Seng juga dapat mengembalikan fungsi kekebalan, melawan radikal bebas dan dapat kembali mengaktifkan kelenjar thymus untuk memproduksi hormon timulan yang berfungsi merangsang produksi sel T.

Asam Folat juga sangat diperlukan oleh tubuh khususnya bagi ibu hamil karena jika ibu yang sedang hamil kekurangan asam folat maka hal ini akan beresiko menimbulkan keguguran pada janin, serta kecacatan otak maupun jasmani bagi bayi yang dikandung oleh ibu tersebut. selain itu, Kekurangan asam folat juga akan menyebabkan anemia, rambut beruban sebelum waktunya, lesu, insomnia, mudah lupa, dan depresi.

Selain asam folat, masih ada kandungan lain yaitu Zat besi diperlukan tubuh untuk pembentukan haemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen dan karbondioksida antara paru dan jaringan. Kemudian zat Tembaga yang juga dibutuhkan dalam pigmentasi rambut sehingga rambut Anda akan berwarna alami. Lalu Kalsium yang sangat penting bagi kesehatan tulang agar kita tidak menderita osteoporosis atau keropos tulang, nyeri tulang, mendorong pembentukan tulang, meningkatkan kekebalan tubuh serta mengurangi resiko terkena gangguan jantung.

Zat yang lainnya adalah flafoid yang bersifat antioksidan sehingga menurunkan tekanan darah. Mengandung superoksida desmutase yang dapat mengendalikan radikal bebas, baik bagi penderita jantung. selain itu dari proses fermentasi, tempe juga mengandung isoflavon yang berkhasiat sebagai senyawa anti oksidan yang dapat mencegah pertumbuhan sel kanker.

Tempe yang biasa kita konsumsi sehari-hari ini memiliki manfaat yang baik bagi tubuh kita, oleh sebab itu sudah sepantasnya kita merasa bangga dan bahagia akan kehadiran sebagai makanan khas kita Bangsa Indonesia.

Minggu, 16 Januari 2011

Bekantan Monyet Hidung Panjang Dari Pulau Kalimantan

Bekantan atau biasa disebut Monyet Belanda merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan (Indonesia, Brunei, dan Malaysia). Bekantan merupakan sejenis kera yang mempunyai ciri khas hidung yang panjang dan besar dengan rambut berwarna coklat kemerahan. Dalam bahasa ilmiah, Bekantan disebut Nasalis larvatus.

Bekantan dalam bahasa latin (ilmiah) disebut Nasalis larvatus, sedang dalam bahasa inggris disebut Long-Nosed Monkey atau Proboscis Monkey. Di negara-negara lain disebut dengan beberapa nama seperti Kera Bekantan (Malaysia), Bangkatan (Brunei), Neusaap (Belanda). Masyarakat Kalimantan sendiri memberikan beberapa nama pada spesies kera berhidung panjang ini seperti Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau.

Materi Dasar Navigasi Darat

Navigasi darat, adalah bagian dari ilmu untuk menentukan posisi suatu objek dan arah perjalanan baik pada medan sebenarnya maupun pada peta. Kemampuan membaca dan memahami peta, menggunakan alat navigasi untuk menentukan posisi serta menganalisa dan memberikan asumsi awal terhadap medan yang dilalui merupakan salah satu dari keahlian dasar yang perlu dimiliki oleh setiap penggiat alam bebas.
Hal tersebut merupakan bekal awal dalam merencanakan dan melakukan kegiatan di alam terbuka maupun dalam usaha pencarian atau penyelamatan korban kecelakaan / tersesat. Berikut beberapa pemahaman dasar yang dapat digunakan untuk mempelajari dan berlatih lebih lanjut mengenai ilmu medan, peta dan kompas (IMPK)

Sabtu, 15 Januari 2011

Sejarah Alat Musik “Angklung” Di Indonesia

Indonesia adalah sebuah Negara dimana bambu tumbuh dimana-mana, dimulai dari sabang di sebelah barat dan Merauke di sebelah timur.
Untuk itu tidaklah aneh bila bangsa Indonesia mengatakan bahwa bambu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bangsa kita sehari-hari.
Pernah suatu saat seorang asing yang telah mengunjungi berbagai tempat dinegara kita ini berkata bahwa bangsa Indonesia itu merupakan bangsa yang aneh; karena mereka membangun rumah mereka dari bambu, dimulai dari lantai, dinding, atap, tiang, juga peralatan dapur dan kebutuhan sehari-hari semua dari bambu, bahkan makan pun mereka makan bambu muda, dimana Negara kita terkenal dengan rebung.
Bahkan didalam merebut, membela dan mempertahankan Negara dari tangan penjajah ”bambu” tidak sedikit berperan andil (bambu runcing) dan malah sampai waktu meninggal pun bambu berperan penting (usung jenazah). Hal lain yang menarik, bahwa Indonesia pun pandai membuat alat musik sendiri terbuat dari bambu (suling, calung, munsang, clempung, rengkong, angklung, hatong, dan lain sebagainya).

Upacara Tiwah Adat Suku Dayak

Upacara Tiwah atau Tiwah Lale atau Magah Salumpuk liau Uluh Matei ialah upacara sakral terbesar untuk mengantarkan jiwa atau roh manusia yang telah meninggal dunia menuju tempat yang dituju yaitu Lewu Tatau DiaRumpang Tulang, Rundung Raja Dia Kamalesu Uhate, Lewu Tatau Habaras Bulau, Habusung Hintan, Hakarangan Lamiang atau Lewu Liau yang letaknya di langit ke tujuh.

Perantara dalam upacara ini ialah :
Rawing Tempun Telun, Raja Dohong Bulau atau Mantir Mama Luhing Bungai Raja Malawung Bulau, yang bertempat tinggal di langit ketiga. Dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya Rawing Tempun Telun dibantu oleh Telun dan Hamparung, dengan melalui bermacam-macam rintangan. Kendaraanyang digunakan oleh Rawing Tempun Telun mengantarkan liau ke Lewu Liauialah Banama Balai Rabia, Bulau Pulau Tanduh Nyahu Sali Rabia, Manuk Ambun. Perjalanan jauh menuju Lewu Liau melewati empat puluh lapisan embun , melalui sungai-sungai, gunung-gunung, tasik, laut, telaga,jembatan-jembatan yang mungkin saja apabila pelaksanaan tidak sempurna,Salumpuk liau yang diantar menuju alam baka tersesat. Pelaksana dipantai danum kalunen dilakukan oleh Basir dan Balian. Untuk lebihmemahami uraian selanjutnya, beberapa istilah perlu diketahui :

Pengertian yang Perlu Dipahami

1. Jiwa atau Roh.
a. Jiwa/roh manusia yang masih hidup di dunia disebut Hambaruan atau Semenget.
b. Jiwa/roh orang yang telah meninggal dunia disebut Salumpuk Liau.Selumpuk Liau harus dikembalikan kepada Hatalla. Prinsip keyakinan Kaharingan menyatakan bahwa tanpa diantar ke lewu liau dengan sarana upacara Tiwah, tak akan mungkin arwah mencapai lewu liau. Bila dana belum mencukupi, ada kematian, pelaksanaan upacara Tiwah boleh ditunda menunggu terkumpulnya dana dan bertambahnya jumlah keluarga yang akan bergabung untuk bersama melaksanakan upacara sakral tersebut. Upacara besar yang berlangsung antara tujuh sampai empat puluh hari tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit, namun karena adanya sifat gotong royong yang telah mendarah daging, maka segala kesulitan dapat diatasi.Tumbuh suburnya prinsip saling mendukung dalam kebersamaan menumbuhkan sifat kepedulian yang sangat mendalam sehingga kewajiban melaksanakan upacara Tiwah bagi keluarga-keluarga yang ditinggalkan didukung dan dilaksanakan bersama oleh mereka yang merasa senasib dan sepenanggungan.
c. Salumpuk Bereng yaitu raga manusia yang telah terpisah dari jiwa karenaterjadinya proses kematian. Setelah mengalami kematian, salumpuk bereng diletakkan dalam peti mati, sambil menunggu pelaksanaan upacara Tiwah,salumpuk bereng dikuburkan terlebih dahulu.
d. Pengertian dosa

Tiga hukuman dosa yang harus ditanggung oleh Salumpuk liau akibat perbuatan semasa hidupnya :

1). Merampas, mengambil isteri orang, mencuri dan merampok. Hukuman yangharus dijalani oleh Salumpuk liau untuk perbuatan ini ialah menanggungsiksaan di Tasik Layang Jalajan. Untuk selamanya mereka akan menjadipenghuni tempat tersebut. Di tempat itu pula Salumpuk liau harusmengangkat barang-barang yang telah dicuri atau dirampok ketika hidup di dunia. Barang-barang curian tersebut akan selalu dijunjung sampaipemilik barang yang barangnya dicuri meninggal dunia.
2). Ketidakadilan dalam memutuskan perkara bagi mereka yang berwewenang memutuskannya, yaitu para kepala kampung, kepala suku dan kepala adat.Mereka juga akan dihukum di Tasik Layang Jalajan untuk selamanya dalam rupa setengah kijang dan setengah manusia.
3).  Tindakan tidak adil atau menerima suap atau uang “Sorok“ bagi mereka yang bertugas mengadili perkara di Pantai Danum Kalunen dunia). Mereka akan dimasukkan ke dalam goa-goa kecil yang terkunci untuk selamanya.

2. Jenis dan Nama Peti Mati :
a. Runi yaitu jenis peti mati yang terbuat dari batang kayu bulat, bagian tengahnya dibuat berongga/diberi lubang dan ukuran lubang tengah disesuaikan dengan ukuran salumpuk bereng yang akan diletakkan di situ.
b. Raung yaitu peti mati terbuat dari kayu bulat, seperti peti mati pada umumnya, ada tutup peti pada bagian atas.
c. Kakurung, yaitu jenis peti mati pada umumnya terbuat dari papan persegi empat panjang, dengan tutup dibagian atas.
d. Kakiring, peti mati berbentuk dulang tempat makanan babi, kakinya berbentuk tiang panjang ukuran satu depa.
e. Sandung, berbentuk rumah kecil berukuran tinggi, dengan empat tiang.
f. Sandung Raung, berbentuk rumah kecil berukuran tinggi, dengan enam tiang.
g. Sandung Tulang, berbentuk rumah kecil berukuran tinggi, dengan satu tiang.
h. Sandung Rahung, umumnya digunakan oleh mereka yang mati terbunuh.Sandung Rahung juga disebut Balai Telun karena Rawing Tempun Telun akanmemberikan balasan kepada si pembunuh.
i.  Tambak, di kubur di dalam tanah bentuknya persegi empat.
j. Pambak, juga dikubur dalam tanah, namun bentuknya sedikit berbeda dengan Tambak.
k.  Jiwab, bentuknya menyerupai sandung namun tanpa tiang.
l.  Sandung Dulang, tempat menyimpan abu jenazah.
m.  Sandung Naung, tempat menyimpan tulang belulang.
n.  Ambatan, patung-patung yang terbuat dari kayu dan diletakan disekitar sandung.
o. Sapundu, patung terbuat dari kayu berukuran besar dan diletakan di depan rumah.
p. Sandaran Sangkalan Tabalien yaitu patung besar jalan ke langit.
q. Pantar Tabalien yaitu Pantar kayu jalan ke lewu liau.
r. Sandung Balanga, yaitu belanga tempat menyimpan abu jenazah.

Upacara Tiwah adalah upacara sakral terbesar yang beresiko tinggi, maka pelaksanaan dan persiapan segala sesuatunya harus dilakukan denganbenar-benar cermat, karena kalau terjadi kekeliruan atau pelaksanaan tidak sempurna, para ahli waris yang ditinggalkan akan menanggung beban berat, diantaranya :

1). Pali akan pambelum itah harian .
2). Tau pamparesen itah limbah gawie toh .
3). Indu kakicas, pambelum itah harian andau .

Banyak persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya harus tersedia hewan korban seperti kerbau, sapi, babi, ayam, bahkan di masa yang telah lalu persyaratan yang tersedia masih dilengkapi lagi dengan kepala manusia.Makna persembahan kepala manusia ialah ungkapan rasa hormat dan baktipara ahli waris kepada salumpuk liau yang siap diantar ke Lewu Liau. Mereka yakin bahwa kelak di kemudian hari apabila salumpuk liau telah mencapai tempat yang di tuju yaitu Lewu Liau, maka sejumlah kepala yang dipersembahkan, sejumlah itu pula pelayan yang dimilikinya kelak.Mereka yang terpilih dan kepala mereka yang telah dipersembahkan dalam upacara sakral tersebut, secara otomatis Salumpuk liau-nya akan masukLewu Liau tanpa harus di-tiwah-kan walau keberadaan mereka di Lewu Liauhanya sebagai pelayan. Namun di masa kini hal tersebut telah tidak berlaku lagi. Kepala manusia digantikan oleh kepala kerbau atau kepala sapi.

Pelaksana upacara sakral

1. Balian
Balian adalah seorang perempuan yang bertugas sebagai mediator dan komunikator antara manusia dengan makhluk lain yang keberadaannya tidak terlihat oleh kasat mata jasmani manusia. Balian menyampaikan permohonan-permohonan manusia kepada Ranying Hatalla dengan perantaraanroh baik yang telah menerima tugas khusus dari Ranying Hatalla untuk mengayomi manusia.
Tidak setiap orang sekalipun berusaha keras,mampu melakukan tugas dan kewajiban sebagai Balian. Biasanya hanyaorang-orang terpilih saja. Adapun tanda-tanda yang mungkin dapatd ijadikan pedoman kemungkinannya seorang anak kelak dikemudian haribila telah dewasa menjadi seorang Balian, antara lain apabila seoranganak perempuan lahir bungkus yaitu pada saat dilahirkan plasenta anaktidak pecah karena proses kelahiran, namun lahir utuh terbungkusplasentanya, juga sikap dan tingkah laku anak sejak kecil berbedadengan anak-anak pada umumnya, ia pun banyak mengalamiperistiwa-peristiwa tidak masuk akal bagi lingkungannya.

2. Basir.
Basir seperti halnya Balian adalah mediator dan komunikator manusia dengan makhluk lain yang keberadaannya tidak terlihat oleh mata jasmani. Dimasa silam, Basir selalu seorang laki-laki yang bersifat dan bertingkahlaku seperti perempuan, namun untuk masa sekarang hal tersebut sudaht idak berlaku lagi. Dalam dunia spiritual Basir memiliki kemampuanlebih, dalam hal pengobatan, khususnya penyembuhan penyakit yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat mistik.

3. Telun atau Pisur
Telunatau Pisur adalah pangkat atau jabatan dalam agama Kaharingan. Telun bertugas hanya akan hal-hal yang berkaitan dengan upacara-upacara adat keagamaan. Telun tidak termasuk dalam jabatan atau anggota Kerapatan Adat. Dengan demikian Telun tidak punya suara dalam Putusan Kerapatan Adat.

4. Mahanteran
Mahanteranatau Manjangen adalah mediator dan komunikator manusia dengan Rawing Tempun Telun. Biasanya seorang Mahanteran atau Manjangen, selalu dudukdi atas gong, sambil memegang duhung dan batanggui sampule dare .

Proses Pelaksanaan Upacara Tiwah

Diawali dengan musyawarah para Bakas Lewu , yang hasilnya diumumkan bahwa dalam waktu dekat akan diadakan Upacara Tiwah , sehingga siapapun yang berniat meniwahkan keluarganya mengetahui dan dapat turut serta. Setelah diumumkan, siapapun yang ingin bergabung terlebih dahulu harus menyatakan niatnya dengan menyebutkan jumlah salumpuk liau yang akan diikutsertakan dalam upacara Tiwah. Setelah pendataan jumlah salumpukliau yang akan bergabung untuk diantarkan ke Lewu Liau, barulahditentukan dengan pemilihan siapa dari para Bakas Lewu yang pantas menjadi “Bakas Tiwah” .

Setelah pemilihan Bakas Tiwah, barulah pembicaraan lebih detail dilaksanakan. Detail pembicaraan antara lainmenyangkut jumlah kesanggupan yang akan diberikan oleh pihak-pihak keluarga yang telah menyatakan diri akan bergabung. Kesanggupan itu menyangkut masalah konsumsi, hewan-hewan yang akan dipersembahkan sebagai korban juga bersama memutuskan siapa pelaksana Upacara Tiwahitu nantinya, apakah Mahanteran atau Balian.

Disamping ditawarkan kebutuhan-kebutuhan upacara Tiwah sesuai dengan kemampuan masing-masing keluarga salumpuk liau, masih ada beberapa persyaratanyang wajib harus disediakan oleh pihak keluarga. Salah satunya, minimal wajib menyediakan seekor ayam untuk setiap Salumpuk liau. Upacara diadakan di rumah Bakas Tiwah, dengan waktu pelaksanaan ditentukan musyawarah. Pada hari yang ditentukan, semua keluarga berkumpul dirumah Bakas Tiwah.

Hari pertama :
Upacaradiawali dengan mendirikan sebuah bangunan berbentuk rumah yangdinamakan Balai Pangun Jandau yang artinya mendirikan balai hanya dalamsatu hari. Persyaratan yang harus dipenuhi ialah seekor babi yang harusdibunuh sendiri oleh Bakas Tiwah. Setelah Balai Pangun Jandau selesaidibangun, Bakas Tiwah melakukan Pasar Sababulu yaitu memberikan tandabuat barang-barang yang akan digunakan untuk upacara Tiwah nantinya danmenyediakan Dawen Silar yang nantinya akan digunakan untuk Palas Bukit.

Hari kedua :
Hari kedua mendirikan Sangkaraya Sandung Rahung yang diletakkan di depan rumah Bakas Tiwah, gunanya untuk menyimpan tulang belulang masing-masing salumpuk liau. Setelah itu seekor babi dibunuh diambil darahnya untuk memalas Sangkaraya Sandung Rahung. Di sekitar SangkarayaSandung Rahung dipasang bambu kuning dan lamiang atau TamiangPalingkau, juga kain-kain warna kuning dan bendera Panjang Ngambang Kabanteran Bulan Rarusir Ambu Ngekah Lampung Matanandau .
Dihari kedua ini alat-alat musik bunyi-bunyian seperti gandang,garantung, kangkanung, toroi, katambung dan tarai mulai dibunyikan.Namun terlebih dahulu semua peralatan musik, juga semua perkakas yangakan digunakan dalam upacara Tiwah dipalas atau disaki dengan darahbinatang yang telah ditentukan.
Pada hari itu pula seorang Penawur mulai melaksanakan tugasnya menawur untuk menghubungi salumpuk liauyang akan diikutsertakan dalam upacara Tiwah tersebut agar mengetahuidan memohon izin kepada para Sangiang, Jata, Naga Galang Petak,Nyaring, Pampahilep. Juga pemberitahuan diberikan kepada Sangumang,Sangkanak, Jin, Kambe Hai, Bintang, Bulan, Patendu, Jakarang Matanandau. Merekayang hadir dalam acara tersebut berbusana Penyang Gawing Haramaung,Baju Kalambi Barun Rakawan Salingkat Sangkurat, Benang Ranggam Malahui,Ewah Bumbun dengan memakai ikat kepala atau Lawung Sansulai Dare NucungDandang Tingang, serta di pinggang diikat dohong Sanaman Mantikei. Padaleher dikalungkan Lamiang Saling Santagi Raja. Ketika bendera dinaikkandi atas sangkaraya, mereka yang hadir baik laki-laki atau perempuan,tua, muda, berdiri mengelilingi sangkaraya, dilanjutkan Menganjan untuk menyambut dan menghormati para Sangiang yang telah hadir bersama merekauntuk mengantarkan Salumpuk liau menuju Lewu Liau.

Hari ketiga:
Padahari ketiga, babi, sapi atau kerbau diikat di tiang Sangkaraya.Kemudian tarian Manganjan diawali oleh tiga orang yang berputar mengelilingi Sangkaraya. Semua bunyi-bunyian saat itu ditabuh, pekiksorak kegembiraan terdengar disana-sini, suasana meriah riang gembira.Pada hari itu beras merah dan beras kuning ditaburkan ke arah atas.Setelah Menganjan selesai, mulailah acara membunuh binatang korban.Darah binatang yang dibunuh dikumpulkan pada sebuah sangku dan akandigunakan untuk membasuh segala kotoran. Diyakini bahwa darah binatangyang dikorbankan tersebut adalah darah Rawing Tempun Telun yang telahdisucikan oleh Hatalla. Kemudian darah tersebut digunakan untukmenyaki dan memalas semua orang yang berada dalam kampung tersebut,juga memalas batu-batuan, pangantuhu, minyak sangkalemu, minyaktatamba, ramu, rakas, mandau, penyang, karuhei, tatau serta semuaperalatan yang digunakan dalam upacara Tiwah itu. Di samping untuk memalas, darah binatang korban tadi juga dicampur beras, kemudian dilemparkan ke atas, serta segala penjuru, juga ke arah mereka yanghadir dalam upacara. Dengan melempar beras yang telah dicampur darahRawing Tempun Telun tersebut diharapkan semua jadi baik, jauh darisegala penyakit dan gangguan, panjang umur dan banyak rezeki.

Hari ke empat
Padahari empat ini diyakini bahwa Salumpuk liau pun turut hadir serta aktif berperan serta dalam perayaan Tiwah tersebut namun kehadirannya tidakt erlihat oleh mata jasmani. Salumpuk liau jadi semakin bahagia dan gembira ketika para keluarga, baik ayah, ibu, anak, paman, bibi, kakek neneknya hadir berkumpul di situ, dan menemui mereka yang hadir dalamperayaan tersebut, mereka menggosokkan air kunyit ke telapak tangan dankaki mereka yang hadir, menuangkan minyak kelapa di kepala para tamu,sambil menuangkan baram dan anding serta menawarkan ketan, nasi, kakiayam, serta lemak babi yang diakhiri dengan menyuguhkan rokok dan sipa .
Setelah itu di dekat Sangkaraya didirikan tiang panjang bernama Tihang Manderayang maknanya pemberitahuan kepada siapapun yang datang ke kampung tersebut bahwa dalam kampung tersebut sedang berlangsung pesta Tiwah,berarti kampung tersebut tertutup bagi lalu lintas umum. Mereka yangbelum memenuhi persyaratan yang harus dilakukan dalam pesta Tiwah,antara lain belum disaki atau dipalas dilarang menginjakkan kaki dikampung itu. Tidak mentaati aturan, resiko tanggung sendiri.kemungkinan ditangkap, pada hari itu pula dibunuh lalu ditaruh diSangkaraya, dipotong kepalanya sebagai pelengkap upacara Tiwah.
Kemudian seorang penawur duduk di atas gong, sambil manangking Dohong NucungDandang Tingang. Pertama-tama penawur berkomunikasi dengan semua orangyang telah meninggal dunia untuk memberitahukan bahwa mereka yangnama-namanya disebut akan diantarkan ke Lewu Liau. Kemudianberkomunikasi dengan para Sangiang, Jata, untuk memohon perlindunganbagi semua sanak keluarga salumpuk liau yang ditiwahkan serta parahadirin yang hadir dalam upacara tersebut agar dijauhkan dari sakitpenyakit serta jauh dari kesusahan selama terlaksananya upacara Tiwahtersebut.
Komunikasi selanjutnya ditujukan kepada setan-setan,k ambe dan jin-jin agar tidak mengganggu jalannya upacara, jangan sampai terjadi kematian mendadak, orang terluka, sakit, jangan terjadi tulahmalai dan jangan sampai terjadi perkelahian. Setelah itu Antang penghuni Tumbang Lawang Langit dipanggil untuk mengamati, serta menjaga kemungkinan datangnya musuh yang berniat mengganggu proses pelaksanaan upacara sakral tersebut. Setelah itu burung elang datang dan terbang melayang-layang di diatas tempat upacara Tiwah berlangsung untuk mengawasi suasana serta menjaga keamanan kampung itu.
Kemudian pada bangunan Balai Pangun Jandau diletakkan sebuah gong yang berisiberas kuning, rokok, sirih, maksudnya sebagai parapah bagi tamu-tamudan para ahli waris Salumpuk liau yang sedang di-tiwah-kan juga diikat Sulau Garanuhing.
Selanjutnya penawur berkomunikasi kepada Gunjuh Apang Pangcono yaitu “Raja Pali“ Sang Penguasa segala bentuk larangan yang harus ditaati penduduk bumi. Pemberitahuan dan permohonanizin pelaksanaan Tiwah yang dilaksanakan selama tujuh atau empat puluhhari dimaksud untuk menghindari kesalahpahaman Raja Pali akan peristiwasakral tersebut. Proses selanjutnya didirikan Hampatung Halu,yang diikat sebutir manik hitam dengan tengang beliat yang ditanam padatanah perbatasan kampung dimana upacara Tiwah sedang dilangsungkan dengan perkampungan lain yang tidak sedang mengadakan upacara Tiwah.Sejak hari itu hukum pali mulai dilaksanakan oleh para ahli warisSalumpuk liau. Batas waktu pelaksanaan hukum pali telah ditentukan yang artinya bukan selamanya.

Adapun larangan-larangan itu adalah sebagai berikut :
1. Pali makan rusa – dilarang makan rusa.
2. Pali makan kijang.
3. Pali makan kancil/pelanduk
4. Pali makan kelep dan kura-kura.
5. Pali makan kera.
6. Pali makan Beruk
7. Pali makan Buhis
8. Pali makan Kalawet
9. Pali makan Burung Tingang /Burung Enggang.
10. Pali makan Burung Tanjaku.
11. Pali makan Ahom .
12. Pali makan Mahar .
13. Pali makan Ular.
14. Pali makan Tahatung.
15. Pali makan Angkes.
16. Pali makan buah rimbang.
17. Pali makan daun keladi.
18. Pali makan ujau.
19. Pali makan dawen bajai- daun bajai.

Selainlarangan menyantap beberapa jenis binatang dan tumbuh-tumbuhan, jugaada pali berkelahi. Bila terjadi perkelahian maka mereka yang berkelahiwajib membayar denda kepada Bakas Tiwah Jipen ije dan kewajiban potongbabi, darah babi digunakan untuk menyaki mereka yang berkelahi.

Hari keempat :
Kanjan diawali oleh empat orang.

Hari kelima :
Hariini Pantar Tabalien didirikan. Pantar Tabalien yaitu jalan yang akandilalui salumpuk liau menuju Lewu Liau, berbentuk tiang yang terbuatdari kayu ulin atau kayu besi yang menjulang tinggi ke atas, dengantinggi mencapai 50 sampai 60 meter dari tanah. Pada hari inipula hewan-hewan yang dikorbankan yaitu kerbau atau sapi diikat disapundu dan mereka yang hadir mengelilingi sapundu tersebut, menganjantanpa henti baik siang maupun malam. Saat itu pula Sandung dan Pambak tempat menyimpan salumpuk bereng mulai dibuat, yang setelah siapterlebih dulu dipalas dengan darah kerbau, sapi atau babi. Kemudianselama tujuh hari Sandung tersebut dipali yaitu selama tujuh harimereka yang lalu lalang di kampung tersebut terkena pali dan wajib menyerahkan sesuatu miliknya berupa benda apa saja untuk menetralisirpali yang menimpanya. Kemudian Talin Pali diputuskan.
SebuahTajau atau belanga dengan ukuran besar dan mahal harganya diletakkan disamping patung besar yang terbuat dari kayu, namanya Sandaran Sangkalan Tabalien, Ingarungkung dengan Lalang Pehuk Barahan. Keyakinansuku Dayak belanga berasal dari langit ketujuh oleh karena itu siapapunyang ingin diantar ke Lewu Liau yang terletak di langit ketujuh wajib memenuhi persyaratan sebuah belanga, dan tentu saja juga menyediakan binatang-binatang korban karena sejak hari ke lima dan seterusnya akanbanyak masyarakat berdatangan, berkumpul, bergabung menganjan mengelilingi hewan-hewan yang akan dikorbankan, baik siang maupun malamuntuk menghormati Salumpuk liau yang segera akan dihantar ke tujuan.Keperluan masak memasak lebih dilengkapi lagi, bambu dan daun itikmulai dikumpulkan karena makanan akan dimasak di dalam bambu, kemudiandibungkus dengan daun itik.

Puncak Upacara
Terlebih dahulu oleh Bakas Tiwah, Basir dikenakan pakaian khusus yang memangtelah dipersiapkan untuk upacara. Penawur dan masyarakat yang hadir untuk menyaksikan upacara telah berkumpul di Balai. Basir dan Baliandidudukkan diatas Katil Garing dan siap memegang sambang/ ketambung .Posisi duduk Basir di tengah dan diapit oleh dua orang, serta empatorang duduk di belakangnya. Penawur mengawali Tatulak Balian yangartinya buang sial, maksudnya membuang segala bencana yang mungkinterjadi selama prosesi sakral berlangsung. Salah satupersyaratan yang diminta oleh Hatalla dengan perantaraan Rawing TempunTelun kepada mereka yang melaksanakan upacara Tiwah ialah sifatksatria, memiliki keberanian luar biasa, gagah perkasa pantangmenyerah. Sikap ini diekspresikan dengan datangnya sebuah Lanting Rakitdari sebelah hulu. Kedatangan rombongan tamu saat upacara Tiwah denganmembawa binatang-binatang korban seperti kerbau, sapi, babi, ayam,tidak begitu saja diterima. Mereka yang datang, terlebih dahulu di uji keberaniannya.
Begitu rombongan tamu turun dari lanting rakityang ditumpangi, mereka disambut dengan laluhan, taharang dan manetekpantan. Batang kayu bulat yang panjangnya dua meter, diikat melintangpada tiang setinggi pinggang dan diletakkan di depan rumah Bakas Tiwah.Kepada tamu yang datang, Bakas Tiwah bertanya asal usul rombongan yangbaru saja datang, tujuan kedatangan juga nama dan jenis binatang yangdibawa. Kemudian rombongan tamu akan menjawab pertanyaantersebut bahkan tidak lupa menceritakan tindak kepahlawanan yang pernah mereka lakukan. Untuk membuktikan kebenaran perkataan mereka, BakasTiwah meminta kepada para tamunya untuk memotong kayu penghalang yangada di depan mata mereka. Bila mampu memotong hingga patah berartibenar mereka adalah para ksatria yang memiliki keberanian luar biasa,gagah perkasa pantang menyerah, baru kemudian mereka dipersilahkan bergabung.

Hari ketujuh yang disebut hari manggetu rutaspakasindus yaitu hari melepaskan segala kesialan kawe rutas matei, padahari ketujuh inilah salumpuk liau mengawali perjalanan menuju Lewu Liaudiawali dengan penikaman dengan menggunakan tombak atau lunju pada binatang korban yang telah dipersiapkan, dan diikat di sapundu tempatdimana masyarakat yang hadir telah menganjan siang malam tanpa henti.
Tidak setiap orang diperkenankan menikam binatang korban, semua ada aturannya.

Cara pertama :
1).Bakas Tiwah menikam lambung kanan, dinamakan kempas bunuhan. Ia berhak mendapatkan paha kanan dari binatang yang ditombaknya.
2). Seorang perempuan ahli waris salumpuk liau, bekas tikamannya disebut pekasbunuhan. Ia berhak mendapatkan paha kiri dari binatang yang telah ditombaknya
3). Salah seorang wakil masyarakat yang hadir dalamupacara. Bekas tikamannya disebut timbalan bunuhan. Ia berhakmendapatkan dada dan jantung binatang korban yang telah ditombaknya.

Cara kedua :
1). Tikaman pertama dilaksanakan oleh Bakas Tiwah, kemudian ia berhak menerima paha kanan binatang yang telah ditombaknya.
2).Tikaman kedua oleh kepala rombongan yang datang dengan lanting rakitdan telah berhasil memotong pantan, ia berhak mendapat paha kiribinatang yang ditombaknya.
3). Tikaman ketiga oleh Bakas Lewu, kemudian ia berhak mendapatkan dada dan jantung binatang yang ditombaknya.

Disusul dengan Kanjan Hatue yaitu tarian kanjan yang hanya dilakukan olehlaki-laki. Selesai kanjan hatue dilanjutkan acara masak memasak mempersiapkan makanan untuk Sangiang, Nyaring, Pampahilep, Sangkanak,kambe, burung bahotok, burung papau, burung Antang.

Adan ketentuan cara memberi makan kepada mereka yang tidak terlihat matajasmani yaitu dilempar ke arah bawah ditujukan kepada salumpuk liauyang sedang diantar ke Lewu Liau, lemparan ke arah kanan ditujukankepada Raja Untung dan para Sangiang. Lemparan ke arah belakangditujukan kepada Raja Sial. Kemudian diulangi lagi, ke arah belakangditujukan kepada Sangumang dan Sangkanak, ke arah atas ditujukan kepadaBulan, Bintang, Matahari, Patendu, Kilat dan Nyahu. Selesai acara pemberian makan kembali masyarakat yang hadir berkumpul.
Tibalah saatnya salumpuk bereng digali/diambil dari tempat penyimpanan sementara. Tulang belulang yang ditemukan dikumpulkan, dan pada hariitu pula dimasukkan dalam tambak atau pambak atau sandung . Kemudianpantar didirikan dan dilanjutkan hajamuk atau hapuar. Upacara dianggap selesai apabila seluruh prosesi upacara telah dilaksanakan lengkap,dengan demikian keluarga yang ditinggalkan merasa lega karena telah berhasil melaksanakan tugas dan kewajibanya kepada orang-orang yang dicintai. Salumpuk liau telah sampai ke tempat yang dituju yaitu LewuLiau.
Setelah hari ketujuh, Basir dan Balian diberi kesempatan beristirahat namun hanya sehari saja karena setelah itu acara akan dilanjutkan lagi selama tiga hari berturut-turut. Maksud acara lanjutan yang juga dilengkapi dengan potong babi, minum tuak/baram adalah ungkapan rasa syukur dan terima kasih oleh ahli waris salumpuk liaukepada para tamu yang telah hadir bersama mereka. Terima Kasih dan selamat jalan, itulah ungkapan yang ingin mereka sampaikan. KepadaRawing Tempun Telun tidak lupa mereka selalu mohon perlindungan. Padahari yang sama diadakan juga acara Balian Balaku Untung yaitu dengan perantaraan Rawing Tempun Telun mohon rezeki kepada Hatalla.
Sebagai ungkapan terima kasih kepada Basir, Balian, Mahanteran dan Penawur yang telah terlibat aktif sebagi perantara dalam semua prosesi upacara demi mengantarkan salumpuk liau ke lewu liau, tanda mata diberikan kepada mereka, bahkan ketika mereka yang melaksanakan upacara akan pulang kekampung dan rumah mereka masing-masing, masyarakat yang telah turut hadir dalam upacara Tiwah berbondong-bondong mengantarkan mereka sampaiketempat yang dituju.
Balian Balaku Untung Merupakan salah satu upacara adat yang bertujuan meminta umur panjang, banyakrezeki serta mendapat berkat dari Ranying Hatalla. Permohonan kepada Hatalla tersebut mereka lakukan dengan perantaraan Rawing Tempun Telunyang dalam upacara Balian Balaku Untung disebut Mantir Mama LuhingBungai.
Dalam upacara ini persyaratan yang lazim disediakanialah bawui buku baputi atau babi kerdil yang berwarna putih. Namun boleh juga kerbau atau sapi. Setelah segala macam persyaratan dan sesajen disiapkan, upacara segera dimulai. Diawali dengan seorang penawur, yang dengan sarana beras, menabur-naburkan beras ke segalaarah. Dengan perantaraan seorang penawur, mereka memohon kepada rohberas yang ditawurkannya untuk menyampaikan kepada Mantir Mama LuhingBungai agar bersedia turun ke bumi untuk menyampaikan persembahanmereka kepada Penguasa Alam.
Tidak lupa dengan perantaraan penawur pula mereka memohon izin kepada salumpuk liau atau jiwa-jiwaorang yang telah meninggal dunia bahwa di bumi sedang diadakan upacara Balian Balaku Untung. Juga disebutkan alasan upacara tersebut merekaadakan. Adapun alasannya karena sebagai manusia yang masih harusmelanjutkan hidupnya di Pantai Danum Kalunen, mereka masih membutuhkan rezeki dan umur panjang.
Setelah roh beras yang ditawurkan naik menuju ke tempat Mantir Mama Luhing Bungai di Batang Danum Jalayan dilangit ketiga yaitu di negeri Batu Nindan Tarung, pesan dan tujuan dilaksanakannya upacara adat tersebut disampaikan. Setelah dipahami maksud dan tujuannya, kemudian beberapa Sangiang mengambil alih tugastersebut. Sangiang-sangiang itulah yang nantinya menjadi perantara manusia menuju Tahta Ranying Hatalla.
Para Sangiang yang sering kali terlibat dalam melaksanakan tugas tersebut, antara lain:
1. Mantir Mama Luhing Bungai.
2. Raja Tabela Basandar Ranjan Kanarohan Rinyit Kangantil Garantung.
3. Tarung Lingu, Kanyumping Linga, Asun Tandang Panangkuluk Enteng.
4. Bulan Pangajin Sambang Batu Bangkalan Banama.
5. Balu Indu Iring Penyang.
6. Haramaung Lewu Danum Jalayan.
7. Pambujang Linga.
8. Pambujang Hewang.

Sangiang-Sangiang yang bersedia menjadi perantara tersebut akan langsung turun ke bumidan memasuki rumah tempat upacara dilaksanakan. Mereka tidak lama berada di rumah tersebut karena harus segera mengantarkan korban persembahan serta permohonan manusia ke hadirat Penguasa Alam. Merekanaik ke atas menuju langit ketujuh dengan melalui empat puluh lapisan embun.
Setelah melewati empat puluh lapisan embun, barulahmereka mencapai langit pertama, lalu langit kedua dan seterusnya.Setiap langit ada penjaga pintu gerbang, dan setiap penjaga gerbang berhak pula menerima sesajen yang khusus telah disiapkan bagi mereka.Apabila sesajen diterima dengan baik, lalu mereka menukar sesajentersebut dengan Bulau Untung Panjang . Lalu mengutus salah seorang daripenjaga pintu gerbang setiap lapisan langit bergabung dalam rombongan untuk turut serta mengantarkan Bulau Untung Panjang menuju Tahta Ranying Hatalla.
Dengan demikian setiap melewati lapisan langit,jumlah rombongan menjadi semakin besar karena dari setiap langit yangdilalui, seorang sangiang akan turut serta. Dengan demikian setelahmencapai langit keenam, jumlah rombongan sangiang yang dipimpin olehRawing Tempun Telon atau Mantir Mama Luhing Bungai telah bertambah enam orang. Menjelang pintu ke tujuh, Raja Anging Langit telah menunggu didepan pintu gerbang langit ke tujuh untuk mengucapkan salam. BersamaRaja Anging Langit, turut serta Indu Sangumang yang nantinya akanbertugas mengetuk Pintu Tahta Kerajaan Ranying Hatalla.
Setelah memasuki pintu langit ketujuh, lalu ke Tasik Malambung Bulau, Tumbang Batang Danum Kamandih Sambang, Gohong Rintuh Kamanjang Lohing tempattinggal Tamanang Handut Nyahu dan Kereng Tatambat Kilat Baru Tumbang Danum Nyarangkukui Nyahu Gohong Nyarabendu Kilat, tempat Raja Sapaitung Andau. Baru kemudian menuju Bukit Bulau Nalambang Kintan Tumbang Danum Banyahu.
Setelah itu menuju Bukit Tunjung Nyahu Harende Kereng Sariangkat Kilat. Disinilah Banama Tingang , kendaraan berbentuk perahuyang mereka tumpangi berhenti. Hanya tiga dari rombongan Sangiang tersebut yang melanjutkan perjalanannya menuju Tahta Ranying Hatalla.
Mereka adalah :
1. Mantir Mama Luhing.
2. Raja Tunggal sangumang.
3. Indu Sangumang.
Anggota rombongan lainnya hanya sampai di tempat tersebut dan harus bersabarmenantikan ketiga temannya melanjutkan perjalanan menuju Tahta RanyingHatalla. Sambil membawa Bulau Gantung Panjang atau Batun Bulau Untungyang telah diserahkan oleh para penjaga lapisan langit, ketiganyamenuju ke tempat Raja Sagagaling Langit di Bukit Bagantung Langit,untuk membersihkan Bulau Batu Untung yang mereka bawa tersebut.
Dari tempat itu mereka pergi lagi menuju Bukit Garinda Hintan tempat Angui Bungai Tempulengai Tingang, lauk Angin Manjala Buking Tapang untuk mangarinda Bulau Batu Untung. Setelah itu dengan menumpang LasangNyahu, yaitu sejenis perahu yang melaju cepat, mereka menuju Bukit Hintan Bagantung Langit tempat kediaman Raja Mintir Langit. Di sanamereka membuka gedung tujuh tempat Putir Sinta Kameluh( . . . tidakterbaca, ns).
Lalu Indu Sangumang mengetuk pintu, kemudian masukdan menghadap Singgasana Ranying Hatalla. Indu Sangumang memohon berkatbagi Bulau Batu Untung (. . . tidak terbaca, ns.) setelah berkatdiberikan mereka kembali menuju arah Bukit Tunjung Nyahu, dan di tempattersebut telah menunggu 40 Mantir Untung yang langsung meletakkan Bulau Batu Untung pada kendarah cinta kasih yang tak dapat direnggangkan olehkekuatan apapun jua. Dengan demikian proses tugas para Sangiang telahselesai dan mereka kembali ke dunia dengan melalui tujuh lapisan langit, empat puluh lapisan embun, langsung menuju rumah di manaupacara sedang berlangsung.
Setelah menjelaskan segala sesuatunya kepada perantara dalam hal ini balian, maka para Sangiang pamit untuk kembali ke tempat mereka masing-masing, namun terlebihdahulu mereka menyantap sesajen yang telah disediakan khusus bagimereka pada sebuah kamar.
Untuk pengecekan apakah permohonan tersebut dikabulkan atau ditolak dengan cara sebagai berikut:
Sebelum upacara dimulai, disediakan rotan yang panjangnya tujuh depa dan berastujuh sukat. Panjang rotan benar-benar telah diukur oleh tukang tawuratau balian, panjangnya tujuh depa dengan disaksikan oleh banyak orang.Begitu pula beras sebanyak tujuh sukat. Setelah upacara selesai,diadakan pengecekan ulang. Apabila ukuran rotan menjadi lebih panjangyaitu lebih dari tujuh depa seperti hasil pengukuran semula, begitujuga jumlah beras lebih dari tujuh sukat, berarti permohonan merekaditerima dengan baik. Permohonan telah dikabulkan. Akan tetapi apabilasetelah diukur kembali panjang rotan kurang dari tujuh depa, begitu pula jumlah beras kurang dari tujuh sukat, berarti permohonan mereka ditolak.


Manawur Tamparan Munduk Balian Hapan Tiwah (Bahasa Dayak Ngaju)

Barasolak tamparan munduk balian, palus mimbing behaas ietuh : Ehem behas,harenjet ganan, hai ganan, belum nantuguh labatang entang bulau, datuhlabate habaring jari hampit riwut manyan Raja. Nyimak saturi malayu,Hapan juyang bangkang halelan tingang, runting tajahan burung nampasut,kilau nampasut tingang ije kadadang, nampuras tingkah nampuras bungaiije kapating, malugaku bitim kilau banama nyandang liara nampilakubalitam, netek ajung hatalumbang jadri hampalua uluh pantai danumkalunen bara balanai bintan penyang, nampahanjung luwuk kampungan bunu,bara busi renteng bapampang pulu, ie babalai sansiri koenjat antang,basali mangkuk sarangiring laut.
Kuntep kamaras, ban penukaningagang sara dia jaka teburan garing tabela belum, dia jakapenankekei, bara usuk lisum pananjuri bara wain tapan, Terai nduantambekan etuh ijamku enteng nasihku hanyim, nyahungku indum luangreawei, panati danum kalunen, akan jamban payaruhan tisue luwukkampungan bunu, nyahuangku bitim, antang manamuei manajah riak rentengtingang, raja tabela basandar ranjang.
Nyangka bila balitankenyui mangaja, mantilung kanaruhan ringgit, kangatil garantung,Katabelan oleh balai mihing nyapundu runjan anak Sali nyalung marusukhintan, nyahuan ie tingang hadurat lunuk, akan pantai danum kalunen,nyangkabilae tambun nyalentur labehu, akan luwuk kampungan bunu, ijepuna hampang jawah hempeng, palumpang langit busun kenyui juhai hanyi,panasiran Hawun. Ije mapan batu jadi randung banama namburak karanganjari talin pambuhui riwut hanya mananteng hanyin, burung lingukanyumping linga, ason tandang panangkului enteng uluh lewu danumjalajan, uluh rindang labehu pali tuntang kare bulau pangajin sambangbatu bangkalan banama. Balu indu iring pinang, uluh lewu danum jalayan,hayak manenteng hanyin katabelan uluh balai ltuyang katabelan uluhbalai suling bulau, katabelan uluh balai entas,katabelan uluh balainyaho, telu puluh ruang tuntang katabelan uluh balai Palangka nambulangtambun, anak salibayung antang, mahutu Penyang, uras nyahuan usang,hadurut lunuk hayak mandurut papan talawang mahapan tantang burungdahiang, malentui gentui daren lintung, hapaharis rayung baya tandak,lapik banama antng manamuei tapeting ayung, kenyui mangja.
Iejari bitim behas, jadi barakandung peteh, pantai danum kalunen, entanbulau, batiang janjin, luwuk kampungan bunu, jadi peteh manyiret. Kilaulanting darai janji manalan. Mampahulang naharantung nyalung, te karehtandakm panjang, halawu bumbung dawen purun, karungutm ambu harendapandung, bulau tambun , jadi sukup tuntur, kilau bulan bele manyinainenteng sukup palakue tingkah pahawang nangkunyahe tatau. Kilat baputidia kanatah hintan, hijir bahenda dia nanggalung bulan, tawurku belumbaun pingan rungan etan bulau bahanjung mangkuk saramurung laut, bahingjarambang, nipas marung garing gantungan, pusuk rawung bambau ukei,hayak enum bandadang, te palus manjakah behas tuh auch : Ije,due, telu, epat, lime, jahawen, uju ije kalabien ketun sintung uju duekalambungan ketun lambung hanya, te palus manekap katambung, namparanampulilang liau.
Toh ie auch : Liiiiii liala – liaang liaumatei randang are mananjung ambun. Saran kuwu bajumbang nihau nambahuirahu nawan bulan, palus teneng tendur gandang nyaring menteng randahare babalai bungking lunuk, rintuh rinau, tuwung siakung tatau, basalitanduh babulung bulau, mikeh are bunu baletuk ngandang andau panureandare, talawang, batesei manturana pakaluyang bulau, are timpung jaritampahar harus laut, unduk ampah tanjung ambun buang, bulau balemumantap kasalananggalung petak sintel manajung halentur liau, mahapanpahulanger bulan, tiling petak jajulana kahem pahulanger bulannyaluluk. Te palus teneng gandang tambun jete, hapamuntung luang kalanglabehu handalem rintuh rinau tuwung ihing . . . Hatalla baparungrangkang huang danum, sama manetep tuwung tambun rayung tatau, manipasulek lawin lanting raja. Mangat sama ela balisang panjang ije gawangtingang rata ela balakas ambu, dinun due kasambutin antang awang mateihila ngaju, nasat kabangkang nayu-nayu, hasapau dawen birun bukit,hatingkap pusuk rahing tarung, awang matei junjun helu, nihau tutukpanambalun tambun, jadi nyahuangku buli batang danum katimbungan nyahu,gohong santik malelak bulau, tanjung rahu ngalingkang bulan halaliangkubuli sandung garing, kamalesan karatu lumpung matanandau, bahalapnyapau pisih rarindap langit kamalipir burung piak liau, hakalusangpatung.
Nyamping bulan lembut nyarahan andau pandang, pandangkaninding saramin sina rarajak saruk suling ringun tingang, kalalambangtambun, mateiu lunjang lenjut. Kanalantai lamiang kanungket bajihitambun, bajihi bulau tarahan tawe-tawe manyamei halampat nyahunangkuang burung piak liau hatarusan pantung baya tau mansanam kabanlumpat lawang langit ie gagahan Telun mama Tambun bunu kandayu lantingjahawen, kanyaki liau Randin tandang, meto rama batanduk garing,bahalap bajela rohong bakadandang uru jejerupan perun tambun.
Awangmatei ,nambit mambahete halaiyangku buli bukit pasahang braung,kamalesang kereng rohanjang tulang, buli pampang raung, kamelasangkereng buli hatelangkup rabia, kanarah hanjaliwan matei lunjang lenjut,kanahintip talampe, tapalumpang limpet.
Bahalap nyaluang, ueiringka, pakur layang antang, nambaji garing handue uju hansasulang,kabantikan asai menteng ije tawae, jalan liau matei nabasan dohong,nakaje andau bunu nalanjat pandange , sama netep garing kapandukaemunduk jiret sihung kabahena, kabahena bajanda, ela naharantung bahingpantung sambang, ela nyampilek bambi hengan lohing belum tumbangkapanjungan panjung, haring saluhan antang nahuei, bakulas aku mutatingang, parakanan renteng bantus manela bungai hajanjala tundu-tundubalaku badandang lantaran tanjung Ambun, jalangku manjurung tawurnamuei langit balalu batehan laberuh luwuk enon, sandung danun duakapamarau langit, tanduhangku mangkat entan bulan mangaja lambang bulaubara gantung totok timung tandak, liau matei sambile mangantau sambungsantin karunya bapilu nihau ulang bajambilei, hindai aku mungkangtandakm, tawur ije halawu bumbung daren purun hindai menjung karungutetan bulau harende pandung, balau tambun –te palus malik tinai tekapsambang, te toh iye auch :
Manturan behas te iyoh-iyoh bitimtawur ela tarewen matei halawu bumbung daren purun, ela sabanen ajunghatilalian hariran etan bulan, harende pandunge balau tambun, basatawangku panamparan belum, bara hemben horan. Patiana pamalempang bara zaman totok panambalon tambun puna bitim behaas pantiskambang kabanteran bulau balitam etam bulau tahutun lelak lumpungmatanandau, pantis kambang garing manyangen, ie hajamban teras kayuengang tingang hatatean lohing kayu anduh nyahu ie halalawu bukitkagantung gandang harenda kereng nunyang, malangka langit. Palusnangkalume putir Selung Tamanang ewen ndue Raja Nangking langit, mijentimpung uju hatantilap pahangan hanya hatalamping, ie palus hajanjurihanjak, nyahu mangaruntung langit, panatekei humba kilat malambai ambunkapamalem malentur balitam, totok tambalun tambun hayak enon haganggupaie palus kaput biti alem, pain bukit tunjung nyahu lilap, hanggupatanda puruk kereng sariangkat kilat halawu. Petak sintel hambalambangtambun, harenda riang dedet habangkalan garantung. Belum tandah hakaluwah nyakelang uru jajarupen purun tambun, haring lamabathambalaun nyampali, kanarah lintung talawang, ie duam kauju andau,belum nahabulun urung, naring tingkah singan behau belum runja-runjatampin bilis manyang mananjak, pangarawang baun tiwing panjang haritapu-tapu tingkah sahempun pasang bara tumbang danum, ie palus mandawenhandadue manumbung dinun hatantelu, palus karimahan soho manggandangbara jalayan bulu, danum nyamuk pasang bara tumbang danum. Kueh makuleteng kambang nyahun tarung, puna bitim hai kuasam belum, tampan jatabara huang danum, enon suka nilap batu kilat tinting balitam datuh jemahamaring, puna selung Hatalla bara lawang labehu langit, ie umbetkanumpuh bujang, sedang handiwung kesampelau belum, te palus hatarungpulu ngalingkang pulau, luntur bahandang batinting lima balas.
Akanbatang danum ngabuhi bulau burung tumpah bua nyembang hatuen burungkajajirak laut, palus mandung bitim marantep kilau hendan bulau,nangkuyang bilatamu nahajib tingkah lanting rabia, te bukum jadihandiwung pakandung pusue, sawang bapangku anak, pandung malelak bulau,ie umbet bula katugalam belum sadang bintang patendum hamaring.
Ierawei banama baongkar puat, ajung jawu dagange handiwung banbaukei pusupundung malelak bulau, bauhat rentai nyangkabilan bawak nambuku tisim,galigir bintang, nambatang suling, ringun tingang, mandawen simbelbulau bakatantan jari bulau jandau. Ie mangambang bulau, taparuyangrayuh, malelak hintan tapang rundang rundai babehat babatu pating,bateras nyalung Kaharingan belum. Baluhing gohong, paninting aseng, ierawei awang hatue kamampan bunu nantaulah anju tanjuren teken.
Hababiyan karayan tantanjuk rangkan , bapa manambang bitim kilau manambang bananamanungkah laut, manangkep balitam, ruwan manangkep ajung hatateanhareran. Ie palus rawei masak manalajan pating ripu mangantientundu palus nangkung nangkuluk gentu nanpung penyang. Nundun balitamtingkah nundum paturung, ie lentu-lentu oleh tingang tempun hembenhoran naji-najing antang sangiang totok tambalun tambun palus nagaggregangguranan arae, nasuwa sebutan bitim, ie parei, tangkenya mampan bauntiowong panjang parei karumis mampan jalan, parei tanjujik helang uhat

Khasiat Jeruk Nipis

Biasanya jeruk nipis ditanam di pekarangan atau di kebun, dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, asalkan mudah meneruskan air dan mendapat sinar matahari penuh. Tanaman ini dapat ditemukan pada ketinggian 1-1.000m dpl. 

Pohon kecil bercabang lebat, tetapi tidak beraturan, tinggi 1.5 - 3.5 m, batang bulat, berduri pendek, kaku dan tajam. Daun tunggal, tangkai daun bersayap sempit. Selain daun berbentuk jorong sampai bundar telur lonjong, pangkal bulat, ujung tumpul, tepi beringgit, permukaan atas berwarna hijau tua mengilap, permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda, panjang 2.5 - 9 cm, lebar 2.5 cm. Bunga majemuk, tersusun dalam malai yang keluar dari ketiak daun, bunga berbentuk bintang, diameter 1.5 - 2.5 cm, berwarna putih, baunya harum. Buahnya buah buni, berbentuk bulat sampai bulat  telur,diameter 2.5 - 5 cm, berkulit tipis tanpa benjolan, berwarna hijau yang akan menjadi kuning jika matang, rasanya asam. Bijinya banyak,kecil-kecil,licin, bulat telur sungsang. Air buahnya digunakan sebagai penyedap masakan, minuman, penyegar, bahan pembuat asam sitrat, membersihkan karat pada logam, atau kulit yang kotor. 
Selain itu, dapat digunakan sebagai obat tradisional maupun campuran jamu. Buah jeruk dapat diperbanyak dengan cangkok, biji atau okulasi.

7 Khasiat Daun Salam

Daun salam (Syzygium polyanthum) sudah terkenal sebagai bumbu penyedap di ragam kuliner bangsa indonesia. Selain itu, ada juga khasiat daun salam dalam hal pengobatan alami seperti:

Dia