Minggu, 16 Januari 2011

Materi Dasar Navigasi Darat

Navigasi darat, adalah bagian dari ilmu untuk menentukan posisi suatu objek dan arah perjalanan baik pada medan sebenarnya maupun pada peta. Kemampuan membaca dan memahami peta, menggunakan alat navigasi untuk menentukan posisi serta menganalisa dan memberikan asumsi awal terhadap medan yang dilalui merupakan salah satu dari keahlian dasar yang perlu dimiliki oleh setiap penggiat alam bebas.
Hal tersebut merupakan bekal awal dalam merencanakan dan melakukan kegiatan di alam terbuka maupun dalam usaha pencarian atau penyelamatan korban kecelakaan / tersesat. Berikut beberapa pemahaman dasar yang dapat digunakan untuk mempelajari dan berlatih lebih lanjut mengenai ilmu medan, peta dan kompas (IMPK)
 
A. Peta
adalah gambaran unsur – unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas atau bawah permukaan bumi dan digambarkan pada bidang datar dengan proyeksi tertentu dalam ukuran yang diperkecil yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara visual maupun matematis.

Jenis Peta berdasarkan penggunaan
  1. Peta Dasar : Dibuat untuk membuat peta turunan, perencanaan maupun pengembangan wilayah. Umumnya menggunakan peta topografi 
  2. Peta Tematik : Menyajikan isi dan untuk kepentingan tertentu dengan menggunakan peta dasar untuk meletakan info tematiknya
Jenis Peta Berdasarkan Isi, seperti :
  1. Peta Topografi (Topographic Map), menampilkan Menampilkan sebagian unsur buatan manusia dan unsur alam dengan proyeksi tertentu 
  2. Peta Hidrografi, menampilkan informasi kedalaman dan keadaan dasar laut serta info lainnya untuk kepentingan pelayaran 
  3. Peta Geologi, menampilkan informasi keadaan geologis 
  4. Peta Geografi, Menampilkan informasi ikshtisar peta dengan skala kecil dari 1 : 100.000 
  5. Peta Kadaster, menampilkan informasi kepemilikan tanah dan batas nya 
  6. Peta irigasi, menampilkan informasi jaringan irigasi 
  7. Peta Jalan, menampilkaninformasi jaringan jalan 
  8. Peta Kota, menampilkan informasi jaringan transportasi, drainase, saran kota, dll 
  9. Dll
Jenis Peta Berdasarkan Skala :
  1. Peta Skala Besar, dengan skala lebih besar dari 1 : 10.000  
  2. Peta Skala Sedang, dengan skala kecil dari 1 : 10.000, besar dari 1 : 100.000 
  3. Peta Skala Kecil, dengan skala kecil dari 1 : 100.000
B. Kompas
Adalah alat penunjuk arah, yaitu arah utara magnetis bumi yang disebabkan oleh sifat kemagnetisannya. Karena sifatini, maka dalam penggunaannya jauhkan kompas dari pengaruh benda-benda yang terbuat dari baja atau besi, karena akan menyebabkan penunjukkan yang salah pada jarumnya.
Kompas Orienteering
 
1) Baseplate / Kompas Protactor, ditemukan Kjellstrom bersaudara, terdiri atas rectangular baseplate (panah warna merah sepanjang axis), lingkaran kompas (0, hampir di seluruh dunia untuk lingkaran penuh adalah 360° , tetapi sebagian belahan eropa menggunakan 400°). Tanda dibagian dasar rumah kompas (panah dan garis paralel di dalam panah), lanyard untuk memasang kompas di pinggang, garis skala untuk ukuran jarak peta sepanjang satu atau lebih ujung dari baseplate, cermin untuk membaca peta secara detail, lubang berbentuk lingkaran dan segitiga untuk menandai jalur orienteering diatas peta.
2) Kompas Ibujari. Organisasi orienteering top dari Swedia membuat kompas baru dengan mempertajam baseplate dan membuat lubang untuk memasang kompas tsb di jempol. Kompas ini lalu dipasang di jempol tangan kiri, diletakkan di atas kompas yang juga dipegang dengang tangan kiri pula. Keuntungan dari model ini adalah peta dan kompas selalu di baca dalam satu unit, peta menjadi lebih mudah di baca dan cepat, ditambah satu tangan bebas bergerak. Kekurangan nya adalah sudut yang sangat akurat sesuai dengan sudut kompas sangat sulit diambil.

Kompas Bidik
1) Kompas Prismatik
2) Kompas Lensa
C. Protactor



D. GPS Receiver
Adalah bagian dari sistem radio navigasi berbasis satelit yang secara terus-menerus mentransmisikan informasi dalam bentuk kode, sehingga memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan lokasi / posisi, ketinggian, kecepatan dan waktu dengan mengukur jarak kita dengan satelit.
Lebih dalam mengenai topik ini dapat dilihat pada tulisan Global Positioning System.
 
E. Sistem Proyeksi peta
Adalah penggambaran sistematis garis – garis sebagian / seluruh bola bumi di atas permukaan bidang datar dengan menggambarkan garis paralel dari lintang dan garis meridian dari bujur.
Proyeksi dapat dianalogikan dengan terminasi berikut : jika 3 orang yang belum pernah melihat gajah diminta untuk menggambar seekor gajah dari sudut yang berbeda pada selembar kertas (depan, belakang, samping) tentu akan menghasilkan gambar yang berbeda – beda.

Demikian juga dengan peta dan bumi. Interpretasi permukaan bumi yang merupakan objek berbentuk elipsoid (3 dimensi) kedalam peta (2 dimensi) perlu menggunakan teknik tertentu agar gambar yang dihasilkan memiliki distorsi minimum dan mampu memberikan informasi mengenai gambaran kondisi sebenarnya (berdasarkan skala dan perspektif tertentu). Beberapa paparan dasar mengenai sistem proyeksi peta yang umum digunakan :

Cilindrical Projection

Geographical Projection

Lambert Conformal Conic Projection

Azimuthal Projection

Transverse Mercator (TM) (Gauss Conformal / Guass-Krüger / Transverse Cylindrical Orthomorphic), merupakan sistem proyeksi silinder, konform, tangen, traversal. Bidang silinder memotong bola bumi pada 1 garis bujur disebut meridian standar. Pada sistem ini, garis bujur tergambar sedikit melengkung dan garis lintang tegak lurus.

Universal Transverse Mercator (UTM), merupakan model proyeksi berbasis TM namun secant. Sistem ini mendefenisikan 60 posisi dengan proyeksi silender transverse mercator dan meridian sentral berbeda, masing – masing nya disebut dengan zona. Kelebihan proyeksi ini:
1) Proyeksi simetris untuk setiap zona sebesar 6°
2) Transformasi tiap zona dapat dikerjakan dengan rumus yang sama untuk tiap zona diseluruh dunia.
3) Mereduksi distorsi proyeksi pada area menuju kutub bumi
Pembagian zona pada Proyeksi UTM

Lebar setiap Zona 6° dihitung dari 1800 BB / logitude -180° dengan nomor zona 1 hingga 1800 BT dengan nomor zona 60. Masing – masingnya memiliki garis bujur tengah / zone central longitude (ZCL). Jadi setiap zona memiliki Start longitude / SL dan End Longitude (EL) + 60.
Lebar satu zone adalah 8° dengan batas parallel atas 84°U dan batas parallel bawah 80°S. Pusat koordinat terletak pada perpotongan garis lintang dan bujur tengah yang disebut paralel tengah. Batas zone berikutnya dihitung dengan cara :
SL zone [X+1] = SL zone [X] + 6°
EL zone [X] = SL zone [X] + 6°

ZCL zone [X+1] = ZCL zone [X] + 6°


Indonesia terbagi dalam 9 zone, dengan panjang tiap zone 6°, terletak pada meridian 90°BT – 144°BT. Batas garis parallel 10°LU – 15°LS dengan 4 satuan daerah L, M, N, dan P. Bidang referensi digunakan spheroid GRS 1967 (Geodetic Reference System)
(Lebih dalam mengenai topik ini dapat dilihat pada tulisan Sistem Proyeksi Peta.)

Indonesia terbagi dalam 9 zone, dengan panjang tiap zone 6°, terletak pada meridian 90°BT – 144°BT. Batas garis parallel 10°LU – 15°LS dengan 4 satuan daerah L, M, N, dan P. Bidang referensi digunakan spheroid GRS 1967 (Geodetic Reference System)
Lebih dalam mengenai topik ini dapat dilihat pada tulisan Sistem Proyeksi Peta.

F. Istilah Dasar
 
Sudut
Adalah besaran selisih derajat yang dibentuk oleh 2 buah garis, dimana yung satu menuju ke utara magnetis dan yang lain menuju ke sasaran.

1) Sudut Azimuth
Sudut mendatar yang besarnya dihitung sesuai dengan arah jarum jam dari arah utara. Azimuth ditujukkan untuk menentukan arah di medan atau di peta, melakukan pengecekkan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tsb adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan kita.

2) Sudut Back Azimuth
Sudut arah dari suatu garis dilihat menurut arah kebalikkan. Cara menghitung nya : Jika azimuth lebih dari 180º, maka back azimuth sama dengan azimuth dikurangi 180º. Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya sama dengan 180º ditambah azimuth.

Skala Peta,
jarak antara titik di peta dengan jarak mendatar pada medan sebenarnya.
  1. Skala Numerik, dinyatakan dengan angka Contoh : 1:50.000 berarti 1 cm = 50.000 cm atau 1 cm = 500 m atau 2 cm = 1 km 
  2. Skala Grafis, dinyatakan dengan unit batang disertai nilai, berguna ketika terjadi perubahan ukuran peta pada saat penggandaan /info skala numerik tidak tercantum

Sistem Koordinat
Adalah titik yang terbentuk berdasarkan sistem sumbu yaitu dari perpotongan garis koordinat horizontal / absis dan vertikal / ordinat yang terdapat dipeta. Koordinat peta berguna untuk menunjukan suatu posisi pada permukaan bumi di peta. Pada penyebutan, garis mendatar diinformasikan terlebih dahulu lalu garis tegak. Garis Koordinat ini membagi peta dalam kotak – kotak(karvak). Sistem Koordinat yang lazim digunakan yaitu :
  1. Geografi / gratikul (Geographical Coordinat) Menyatakan posisi suatu titik dalam satuan derajat , menit , dan detik dari garis lintang (Utara dan Selatan) dan bujur (Barat dan Timur) 
  2. Grid / UTM (Grid Coordinat) Menyatakan posisi suatu titik dalam ukuran jarak (meter) dari perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinalt(y) pada koordinat grid sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan. Penyebutan dengan koordinat grid dapat dilakukan dengan 4 Angka, 6 Angka, atau 8 Angka.
Arah Utara
► Utara Sebenarnya / Utara Geografi (Truth North / Geographical North, US / TN) diberi simbol * , arah utara yang ditunjukan garis bujur (meridian) dan menuju ke kutub utara bumi atau titik pertemuan garis bujur bumi.
► Utara peta / Utara Grid (Grid North, UP / GN) diberi simbol GN, arah utara yang ditunjukan garis koordinat tegak peta ke arah atas
► Utara magnetik (Magnetic North, UM) diberi simbol T (anak panah separuh) , arah utara yang ditunjukan jarum kompas menuju kutub utara magnetik bumi

Iktilaf
► Iktilaf Peta / Konvergensi Meredian, merupakan sudut yang dibentuk utara sebenarnya dengan utara peta
► Iktilaf Magnetik / Deklinasi, merupakan sudut yang dibentuk utara sebenarnya dengan utara magnetik
► Iktilaf Utra Peta – Utara Magnetik / Deviasi, merupakan sudut yang dibentuk utara peta dengan utara magnetis



Variasi Magnetik, yaitu perbedaan besarikhtilaf magnetik pada waktu yang berlainan. Jika variasi magnetis ini bertambah maka disebuti Increase dan jika berkurang maka disebut Decrease.

Kontur,
garis khayal diatas permukaan bumi yang menghubungkan titik- titik yang tingginya sama sehingga dapat mengetahui bentuk medan yang sebenarnya (menunjukan ketinggian, perbedaan ketinggian, kemiringan, proyeksi 3D). Terdapat istilah penting :

► Interval Kontur, jarak tegak 2 garis kontur yang berdekatan / jarak bidang datar yang berdekatan.
Rumus : Interval kontur atau Ci = 1/2000 x skala peta
Namun rumus ini tidak selamanya dapat digunakan karena garis kontur pada daerah terjal berbeda dengan daerah landai
► Indeks Kontur, garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan setiapinterval kontur tertentu untuk memudahkan pembacaan medan.
Rumus : i = 25 / jumlah cm dalam 1 km
i = n log tan a, dengan n (0.01 S + 1)1/2 m


Titik Ketinggian

► Tinggi Mutlak adalah tinggi yang diukur dari pemukaan laut, merupakan standarisasi pengukuran. Tinggi mutlak digunakan untuk menentukan tinggi sebenarnya dari permukaan laut.
► Tinggi Nisbi adalah tinggi yang diukur dari tempat dimana bendaitu berada, biasanya diukur dari permukaan tanah.
► Titik Triangulasi adalah titik atau tanda yang merupakan pilar / tonggak yang menyatakan tinggi mut lak suatu tempat dari permukaan laut . Titik ini digunakan oleh jawatan topografi untuk menentukan tinggi suatu tempat atau letak suatu tempat dalam pengukuran secara ilmu pasti pada waktu pembuatan peta.

G.Pengetahuan Peta
 
Bagian – Bagian Peta

►Judul Peta, bagian yang menyatakan identitas peta. Pada peta BAKOSURTANAL meliputi Judul Peta (biasanya merupakan nama daerah adminsist ratif, tempat terkenal dll) , Skala, Nomor Lembar Peta, Nama Lembar dan Edisi / terbitan. Sistem Penomoran Peta perlu diketahui untuk membantu dalam mencari peta tertentu.
► Letak Peta dan Diagram Lokasi Petunjuk Letak Peta, menunjukan nomor dan nama lembar peta terhadap peta sekelilingnya. Biasanya dalam bentuk matrikini berukuran 3 x 3.
► Lokasi, menunjukan letak peta pada ara yang lebih luas
► Sistem Referensi, terdiri dari sistem proyeksi, sistem grid, datum horizontal, datum vertikal, satuan tinggi dan selang kontur
► Pembuat dan Penerbit Peta
► informasi Nama dan Nomor Lembar Peta
► Legenda, merupakan petunjuk tanda atau simbol konvensional yang digunakan pada peta disertai warna dan deskribsi
► Keterangan Riwayat Peta
► Petunjuk Pembacaan Koordinat
► Pembagian Daerah Administrasi
► Skala
► Singkatan / Kesamaan Arti
► Utara Sebenarnya, Utara Grid, Utara Magnetik

Sistem Penomoran Peta

Penomoran Peta Topografi proyeksi LCO
Batas peta wilayah indonesia yaitu : Barat : 940 40’ BT, Timur : 1410 BT, Utara : 60 LU, Selatan : 110 LS. Penomoran dimulai dari meridian 0 di jakarta yaitu 1060 48’ 27,29 ” BT (120 barat bujur 1060 40’ 27,29 timur green wich)

1) Lembar Peta skala 1 : 100.000 (Petainduk)
- Ukuran 1 lembar peta adalah 20’ bujur x 20’ lintang. Sehingga terdapat 7089 Lembar Petaindonesia skala 1 : 100.000.
-Penomoran tiap 20’ lintang dari 94.50 BT – 1410 BT dengan angka latin 1-139
-Penomoran tiap 2’ bujur dari 110 LU – 60 LU dengan huruf latini – LI
Contoh penomoran : 58/XLII berarti lembar ke 58 mendatar dari kiri, lembar ke XLII vertikal dari atas.

2) Lembar Peta skala 1 : 50.000
-Ukuran 1 lembar peta adalah 10’ bujur x 10’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 100.000 terdapat 2 x 2 = 4 lembar peta skala 1 : 50.000
-Penomoran dengan huruf latin A – D mulai pojok kanan bawah berlawanan arah jarum jam.
Contoh penomoran : 58/XLII – B berarti lembar ke 58 mendatar dari kiri, lembar ke XLIi vertikal dari atas peta 1 : 100.000, lembar ke 2 dari pojok kanan bawah berlawanan arah jarum jam.


3) Lembar Peta skala 1 : 25.000
-Ukuran 1 lembar peta adalah 5’ bujur x 5’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 100.000 terdapat 3 x 3 = 9 lembar peta skala 1 : 25.000
-Penomoran dengan huruf latin a – q tanpa hurufi mulai dari pojok kanan atas searah jarum jam.
Contoh penomoran : 58/ XLIi f berarti lembar ke 58 mendatar dari kiri, lembar ke XLIi ver tikal dari atas peta 1 : 100.000, lembar ke 6 dari pojok kanan atas searah jarum jam.

Sistem Penomoran Peta Topografi proyeksi UTM/AMS
Batas peta wilayah indonesia yaitu : Barat : 940 30’ BT, Timur : 1410 BT, Utara : 60 LU, Selatan : 120 LS

1) Lembar Peta UTM global skala 1 : 1.000.000
-Penomoran tiap 60 bujur dari 1800 BB – 1800 BT dengan angka latin 1 – 60
-Penomoran tiap 80 lintang dari 840 LU – 800 LS dengan huruf latin dari huruf C – X tanpa huruf I dan O.
-Dengan penomoran seperti ini (885 km x 665 km) maka indonesia berada pada zona 46 dengan bujur sentral 930 BT – zona 54 dengan bujur sentral 1410 BT serta arah lintang L,M,N,P mulai 150 LS – 100 LU

2) Lembar Peta skala 1 : 250.000
-Ukuran 1 lembar peta adalah 10 30’ bujur x 10 30’ lintang. Sehingga terdapat 4 x 8 = 32 lembar peta wilayah indonesia skala 1 : 250.00
-Penomoran tiap 1.50 bujur dari 94.50 BT – 1410 BT dengan angka latin 1-31
-Penomoran tiap 10 lintang dari 60 LU – 120 LS dengan angka romawii – XVII

3) Lembar Peta skala 1 : 1 00.000 indonesia ( Peta Induk)
-Ukuran 1 lembar peta adalah 30’ bujur x 30’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 250.000 terdapat 2 x 3 = 6 lembar peta skala 1 : 100.000
-Penomoran tiap 30’ bujur dari 94.50 BT – 1410 BT dengan angka latin 1-94 Penomoran tiap 30’ lintang dari 60 LU – 110 LS dengan angka latin 1-36
Contoh penomoran : 2145 berarti lembar ke 21 mendatar dari 45 vertikal.

4) Lembar Peta skala 1 : 50.000
-Ukuran 1 lembar peta adalah 15’ bujur x 15’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 100.000 terdapat 2 x 2 = 2 lembar peta skala 1 : 50.000
-Penomoran dengan angka romawii –iV mulai dari pokok kanan atas searah jarum jam
Contoh penomoran : 2145-iv berarti lembar 2145, urutan ke 4 dari pojok kanan atas searah jarum jam.

5) Lembar Peta skala 1 : 25.000
-Ukuran 1 lembar peta adalah 7’30” bujur x 7’30” lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 50.000 terdapat 2 x 2 = 2 lembar peta skala 1 : 25.000
-Penomoran dengan huruf latin a – d mulai dari pokok kanan atas searah jarum jam
Contoh penomoran : 2145-iVa berarti lembar 2145, urutan ke 4 dari pojok kanan atas searah jarum jam dan pertama dari pojok kanan atas searah jarum jam.

Sistem Penomoran Peta Topografi BAKOSURTANAL
Batas peta wilayah Indonesia yaitu : Barat : 900 BT, Timur : 1410 BT, Utara : 60 LU, Selatan : 150 LS

1) Lembar Peta UTM global skala 1 : 1.000.000
Ukuran 1 lembar peta adalah 40 bujur x 60 lintang. Karena peta BAKOSURTANAL mengikuti proyeksi UTM, maka maka tiap 40 bujur dibagi menjadi 2 penomoran lagi : A dan B. Utk arah lintang Selatan makin besar ke bawah (A, B) , utk lintang Utara makin kecil ke bawah (B, A).
 
2) Lembar Peta skala 1 : 500.000 indonesia
Ukuran 1 lembar peta adalah 20 bujur x 30 lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 1.000.000 terdapat 2 x 2 = 2 lembar peta skala 1 : 500.000


3) Lembar Peta skala 1 : 2 50.000 indonesia ( Peta Induk)
-Ukuran 1 lembar peta adalah 10 bujur x 10 30’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 500.000 terdapat 2 x 2 = 2 lembar peta skala 1 : 250.000
-Penomoran tiap 1.50 lintang dari 94.50 BT – 1410 BT dengan angka latin 1-31
-Penomoran tiap 10 bujur dari 110 LU – 60 LU dengan angka latin 1 – 17

Contoh penomoran : 2145 berarti lembar ke 21 mendatar dari 45 vertikal.

4) Lembar Peta skala 1 : 100.000
-Ukuran 1 lembar peta adalah 30’ bujur x 30’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 250.000 terdapat 3 x 2 = 6 lembar peta skala 1: 100.000


5) Lembar peta skala 1 : 100.000
-Penomoran dengan angka latin 1 – 6 mulai dari pojok kiri bawah berlawanan arah jarum jam

Contoh penomoran : 2145-1 berarti lembar ke 21 mendatar dari 45 vertikal, urutan ke 1 dari pojok kiri bawah ber lawanan arah jarum jam.

6) Lembar Peta skala 1 : 50.000
-Ukuran 1 lembar peta adalah 15’ bujur x 15’ lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 100.000 terdapat 2 x 2 = 4 lembar peta skala 1 : 50.000
-Penomoran dengan angka latin 1 – 4 mulai dari pojok kiri bawah berlawanan arah jarum jam

Contoh penomoran : 2145-12 berarti lembar ke 21 mendatar dari 45 vertikal peta 1 : 250.000, urutan ke 1 dari pojok kiri bawah berlawanan arah jarum jam peta 1 : 100.00, urutan ke 2 dari pojok kiri bawah berlawanan arah jarum jam peta 1 : 50.000.

7) Lembar Peta skala 1 : 25.000
-Ukuran 1 lembar peta adalah 7’30” bujur x 2’30” lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 50.000 terdapat 2 x 2 = 4 lembar peta skala 1 : 25.000
-Penomoran dengan angka latin 1 – 4 mulai dari pojok kiri bawah berlawanan arah jarum jam


8.) Lembar Peta skala 1 : 10.000
Ukuran 1 lembar peta adalah 2’30” bujur x 2’30” lintang. Sehingga 1 lembar peta skala 1 : 50.000 terdapat 2 x 2 = 4


9) Lembar peta skala 1 : 25.000
Penomoran dengan angka latin 1 – 9 mulai dari pojok kiri bawah berlawanan arah jarum jam


H. Orientasi Peta
Adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya atau menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya. Sebelum Memulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda- tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta dengan pencocokan bentuk puncakan, sungai, desa dll. Jadi minimal diketahui secara kasar posisi. Orientasi peta ini berfungsi untuk meyakinkan perkiraan posisi anda adalah benar.
Langkah-langkah orientasi peta:
1) Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda- tanda medan yang menyolok.
2) Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
3) Cari tanda- tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda- tanda medan tersebut di peta.
4) Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
5) Ingat tanda- tanda tersebut, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.

I. Cross Bearing Technic :
 
Resection
Yaitu menentukan posisi dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Langkah-langkah melakukan resection:
  1. Lakukan orientasi medan 
  2. Cari objek / titik yang mudah dikenali pada medan sebenarnya dan pada peta, minimal 2 buah 
  3. Bidik tanda- tanda medan tersebut dari posisi saat ini (azimuth) 
  4. Hitung hasil backazimuth, tarik garis lurus dari titik acuan tersebut 
  5. Lakukan langkah 2 – 4 pada titik acuan lain  
  6. Perpotongan garis yang ditarik dari back azimuth titik acuan tersebut adalah posisi kita dipeta.

Intersection

Yaitu menentukan posisi suatu titik (benda) pada peta dengan menggunakan 2 atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan dan dipeta. Langkah- langkah melakukan intersection adalah:

  1. Lakukan orientasi medan dan resection untuk memastikan posisi kita di peta. 
  2. Bidik obyek yang kita amati 
  3. Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta 
  4. Bergerak ke posisi lain dan lakukan langkah 1-3 
  5. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud. Semakin banyak titik bidik untuk menarik garis perpotongan, semakin akurat hasil yang didapatkan. Sudut terbaik antara titik bidik untuk melakukan intersection adalah 900

J. Metode Pergerakan Sudut Kompas ( Passing Compass / Man to Man)
Yaitu membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
  1. Tentukan titik awal dan titik akhir perjalanan dan plot pada peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan / azimuth dan back azimuth nya. 
  2. Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui. 
  3. Bidikkan kompas seusai dengan azimuth, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan / titik bidik sebagai penunjuk. 
  4. Pergi ke tanda medan di tersebut, dan bidik kembali ke titik awal tadi. Jika arah perjalanan benar maka sudut ini akan sama dengan back azimuth. 
  5. Sering terjadi tidak ada benda / tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda (Man to Man) .
K. Interpretasi dan Analisa Peta Topografi
Sebelum melakukan perjalanan untuk memahami kondisi medan sebenarnya berdasarkan informasi pada peta sehingga dapat digunakan sebagai asumsi awal dalam penyusunan rencana perjalanan. Interpretasi dan analisa peta ini dapat dilakukan dari :

Informasi dasar peta,
seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta, lokasi daerah dan titik ekstrim seperti perkampungan (nama daerah, nama jalan, nama sungai, nama gunung dan bentukan alam lain), perpotongan sungai, jalan, ketinggian suatu titik, kerapatan kontur berdasarkan pemahaman tentang sifat kontur yang dapat digunakan untuk memperkirakan jarak dan waktu tempuh, karakter medan / kemiringan (terjal / landai), vegetasi, dll.

Tanda Medan
Melakukan analisa bentuk kontur yang tergambar pada peta untuk mendapatkan gambaran medan sebenarnya. Mengenali tanda medan ini dapat dilakukan berdasarkan sifat garis kontur yaitu :

  1. Perbedaan tinggi antara 2 kontur adalah setengah dari angka ribuan pada skala yang dinyatakan dalam satuan meter (biasanya tertera pada setiap peta topografi) 
  2. kontur yang rendah selalu mengelilingi kontur yang lebih tinggi, kecuali untuk kawah 
  3. antar kontur tidak akan saling berpotongan, kecuali berhimpit pada lembah yang sangat curam dimana terdapat air terjun 
  4. kontur yang bebentuk seperti huruf V dari pusat kontur merupakan punggungan dan yang berbentuk seperti huruf V terbalik dari pusat kontur adalah lembahan. 
  5. Kontur terputus-putus menyatakan ketinggian setengah atau lebih dari perbedaan tinggi antara 2 buah kontur berurut. 
  6. Makin rapat kontur, menunjukkan daerah yang makin terjal/curam. 
  7. Saddle adalah daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian 
  8. Pass adalah celah memanjang yang membelah suatu ketinggian 
  9. Bentukan sungai dapat terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian tingkat kontur, biasanya terdapat pada lembahan dan namanya tertera mengikuti alur sungai.

Dalam kondisi sebenarnya, sering kali teknik cross bearing tidak selalu dapat dilakukan seperti karena faktor cuaca atau tidak terlihatnya titik ekstrim yang dapat dijadikan acuan. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam kondisi seperti ini adalah dengan melakukan analisa dan interpretasi peta untuk kemudian dapat dibandingkan hasilnya dengan medan sekitar, serta merunutnya dari titik awal perjalanan.
Oleh karena itu, biasakan untuk mempelajari, menandai dan melakukan sebanyak mungkin analisa medan selama perjalanan serta melakukan cross check perkiraan awal tadi dengan fakta yang didapatkan dilapangan. Semakin banyak kita mengetahui tanda – tanda medan yang dilalui, semakin memahami pula kita tentang sifat dan tingkat kesulitan medan tersebut yang akan sangat berguna selama melakukan perjalanan dan dalam situasi darurat.
Namun, Navigasi darat merupakan ilmu praktis, yang hanya dapat terasah jika dipraktekkan langsung pada kondisi sebenarnya. Pemahaman mengenai teori dan konsep hanyalah membantu untuk memahami ilmu navigasi, bukan menjamin kemampuan navigasi darat seseorang.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar